RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - PT Pertamina (Persero) akan menambah porsi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat menjadi sekitar 60 persen dari total volume impor nasional. Angka ini meningkat dari komposisi sebelumnya yang berada di kisaran 57 persen. Penambahan ini tidak dilakukan melalui peningkatan total volume impor, melainkan dengan mengalihkan porsi dari negara lain ke AS.
Kebijakan pengalihan ini merupakan bagian dari strategi optimalisasi sumber pasokan LPG global yang dilakukan oleh Subholding Commercial & Trading Pertamina, yakni PT Pertamina Patra Niaga. Fokus utama adalah menjaga efisiensi pasokan dengan tetap mempertimbangkan kestabilan harga dan jaminan ketersediaan energi untuk kebutuhan domestik.
Peningkatan porsi impor dari AS dilakukan melalui skema kontrak jangka pendek. Pertamina menilai bahwa kontrak jenis ini memberikan fleksibilitas tinggi dalam merespons dinamika pasar global. Kontrak jangka pendek memungkinkan perusahaan untuk membuka ruang negosiasi kembali setelah masa kontrak berakhir, biasanya dalam periode dua hingga tiga bulan.
Melalui skema tersebut, Pertamina dapat dengan mudah menyesuaikan komposisi impor dari negara mitra sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar. Hal ini juga menjadi dasar bagi Pertamina untuk belum menyebutkan secara pasti negara mana yang akan mengalami pengurangan porsi pasokan LPG-nya ke Indonesia.
Sistem pengadaan LPG Pertamina selama ini dilakukan melalui mekanisme tender terbuka berdasarkan periode tertentu. Ketika kebutuhan stok telah ditentukan, tender dibuka untuk pemasok internasional. Pemenang tender kemudian menjadi rekanan pemasok sesuai dengan volume dan jangka waktu yang telah disepakati dalam kontrak.
Dengan penggunaan kontrak jangka pendek, Pertamina memiliki peluang untuk melakukan evaluasi dan penyesuaian secara berkala. Ini memungkinkan BUMN energi tersebut untuk mengatur strategi diversifikasi sumber impor secara lebih fleksibel tanpa harus terikat dengan kontrak jangka panjang yang rigid.
Meskipun porsi AS meningkat, Pertamina menegaskan bahwa Indonesia tetap membuka ruang kerja sama dengan negara pemasok lainnya, tergantung pada hasil evaluasi periodik atas efisiensi biaya, kualitas LPG, dan ketepatan waktu pengiriman. Strategi ini diharapkan mampu menjaga ketahanan pasokan nasional di tengah fluktuasi harga energi global serta menjaga ketersediaan LPG bagi kebutuhan rumah tangga dan industri dalam negeri.
Kebijakan ini juga mendukung rencana pemerintah dalam program LPG Satu Harga, yang bertujuan menjamin keterjangkauan energi di seluruh pelosok Indonesia, terutama kawasan 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal). Dengan pasokan LPG yang efisien dan stabil, Pertamina berharap dapat menjaga kesinambungan distribusi dan harga yang adil bagi seluruh lapisan masyarakat.(*/edi)