Nasi Kuning Banjar, Warisan Kuliner yang Menyimpan Sejarah

Kamis 21 Aug 2025 - 19:43 WIB
Reporter : Yayan Prantoso

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Bagi masyarakat Banjarmasin, nasi kuning sudah menjadi bagian dari keseharian. Hampir setiap pagi, warga dapat menjumpai pedagang yang menjual menu khas ini di berbagai sudut kota. Hidangan berbahan dasar beras yang dimasak dengan santan dan kunyit tersebut disajikan bersama lauk khas Banjar, seperti ayam, ikan haruan (gabus), atau telur, lengkap dengan sambal habang, sambal merah bercita rasa gurih pedas manis yang menjadi ciri khasnya.

Walaupun nasi kuning akrab ditemui di banyak daerah Indonesia, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, hingga Manado, jejak sejarah pembuatannya diperkirakan berasal dari Pulau Jawa. Catatan kuliner menyebutkan, nasi kuning pertama kali hadir pada masa kerajaan Hindu. Saat itu, masyarakat membuat nasi berbentuk kerucut menyerupai gunung sebagai simbol rasa syukur dan doa keselamatan, karena gunung dianggap sebagai tempat bersemayamnya para dewa.

Ketika Islam mulai berkembang di Jawa, tradisi membuat nasi kuning tidak ditinggalkan. Dari Jawa, tradisi ini menyebar ke berbagai daerah, termasuk Banjarmasin, lalu beradaptasi dengan selera masyarakat Banjar yang menyukai cita rasa gurih, sedikit manis, dan kaya rempah.

Masyarakat Kalimantan Selatan tidak hanya mengenal nasi kuning sebagai menu sarapan, melainkan juga menjadikannya hidangan pokok dalam beragam momen penting seperti syukuran, ulang tahun, dan acara keluarga.. Cita rasanya pun berbeda dengan daerah lain. Tekstur nasi yang pulen berpadu dengan aroma pandan dan santan, kemudian dilengkapi sambal habang yang kental, membuatnya memiliki karakter kuliner yang kuat.

Proses memasaknya juga khas. Beras dimasak bersama santan yang sudah diberi parutan kunyit dan diperas hingga menghasilkan warna kuning cerah. Campuran santan, garam, dan daun pandan dipanaskan terlebih dahulu hingga mendidih, kemudian beras dimasukkan dan diaduk sampai setengah matang. Setelah itu, nasi dikukus kembali hingga benar-benar matang sempurna. Cara ini membuat nasi kuning Banjar lebih harum dan tahan lama.

Keberadaan lauk pelengkap memberikan cita rasa tersendiri. Sambal habang, yang selalu hadir mendampingi, berasal dari cabai merah kering yang direndam hingga lembut, kemudian dihaluskan bersama bawang merah, bawang putih, jahe, dan bumbu tradisional lainnya. Setelah ditumis dengan terasi, bumbu dimasak bersama ayam, telur, atau ikan haruan hingga kuahnya mengental dan meresap ke dalam lauk. Perpaduan ini menghasilkan cita rasa gurih pedas yang khas dan berbeda dari sambal di daerah lain.

Lebih dari sekadar makanan, nasi kuning Banjar merefleksikan perjalanan sejarah panjang, mulai dari pengaruh Hindu, masuknya Islam, hingga akulturasi dengan budaya Banjar. Dari dapur tradisional hingga meja makan modern, keberadaan nasi kuning membuktikan bahwa kuliner mampu bertahan lintas zaman dengan menyesuaikan makna dan cita rasanya.(yayan/*)

 

Kategori :