RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Ketika berbicara tentang destinasi wisata di Jawa Tengah, kebanyakan orang mungkin langsung membayangkan hamparan pantai atau gemericik air terjun yang menyejukkan. Namun, jauh dari hiruk pikuk wisata modern, Kabupaten Batang menyimpan permata tersembunyi yang menawarkan pengalaman berbeda.
Bukan sekadar tempat berendam, tetapi juga ruang yang membawa pengunjung menelusuri jejak masa silam dan legenda yang masih hidup hingga kini. Tempat itu bernama Situs Balekambang, kolam pemandian kuno yang menggabungkan keindahan alam, nilai sejarah, dan kisah mistis yang membalutnya.
Berada di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, Balekambang menawarkan suasana yang seolah mengajak siapa pun kembali ke masa lampau. Di tengah pepohonan rimbun dan udara lembap khas pedesaan, mengalir jernih air dari sumber mata air alami yang dipercaya telah ada sejak abad ke-6 Masehi. Kolam ini bukan hanya menjadi tempat pemandian warga sekitar, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah panjang yang meninggalkan banyak peninggalan arkeologis.
Di tepian kolam berdiri sebuah arca berbentuk naga setinggi satu meter. Arca ini dipercaya sebagai simbol penjaga kawasan yang disebut dalam cerita turun-temurun sebagai ular besar berkepala Kala, makhluk mistis yang diyakini melindungi daerah Balekambang. Di bawah rindang pohon beringin besar yang menaungi sumber air, arca tersebut tampak seolah menjaga kesucian tempat yang telah menjadi bagian penting dalam kisah spiritual masyarakat setempat.
Situs Balekambang konon dulunya merupakan pesanggrahan peninggalan Sultan Mataram. Pada masa kerajaan, tempat ini berfungsi sebagai pusat pengumpulan pasukan dan logistik sebelum melakukan ekspedisi militer menuju Batavia, yang kala itu masih dikuasai pemerintah kolonial. Warga sekitar menyebut kawasan ini dengan sebutan Tunggorono, istilah lokal yang bermakna “penguasa wilayah.” Cerita ini menunjukkan betapa erat kaitannya Balekambang dengan dinamika politik dan militer pada masa kerajaan Mataram Islam.
Keterkaitan Balekambang dengan legenda Ki Bahurekso, tokoh pembuka Alas Roban, juga menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarahnya. Alas Roban dikenal sebagai hutan lebat yang angker dan belum pernah dijamah manusia pada masa itu. Setelah Ki Bahurekso membuka wilayah tersebut, dibangunlah kolam Balekambang sebagai tempat peristirahatan dan sumber air bagi masyarakat di sekitarnya. Hingga kini, mata air di bawah pohon beringin tua itu tetap memancarkan air jernih yang tak pernah surut, menjadi sumber kehidupan sekaligus daya tarik bagi pengunjung.
Selain nilai sejarahnya, Balekambang juga menyimpan kekayaan arkeologi yang menarik. Di area sekitarnya, ditemukan susunan batu menyerupai pondasi bangunan kuno yang diduga bagian dari struktur candi. Pada masa lalu, juga ditemukan sebuah arca Sri Vasudhara, peninggalan abad ke-7 Masehi yang kini disimpan di Museum Ranggawarsita, Semarang, sebagai upaya pelestarian cagar budaya.
Temuan tersebut menjadi bukti bahwa Balekambang bukan hanya situs pemandian, melainkan juga kawasan yang memiliki nilai religius dan kebudayaan tinggi sejak berabad-abad silam. Nama “Balekambang” sendiri memiliki makna “tempat yang terapung.” Sebutan itu muncul karena pantulan air jernih di kolam membuat permukaannya tampak melayang di antara pepohonan, menciptakan ilusi seolah-olah kolam tersebut mengapung.
Tak hanya memanjakan mata, air dari sumber Balekambang juga berperan penting bagi kehidupan warga sekitar. Petani di Sidorejo dan Gringsing memanfaatkannya untuk mengairi sawah, sementara sebagian masyarakat menggunakannya untuk kegiatan sehari-hari seperti mencuci hasil kebun atau karet dari perkebunan di sekitar lokasi.
Bagi wisatawan yang datang, pengalaman berendam di kolam Balekambang terasa menenangkan. Airnya yang dingin berpadu dengan suasana tenang di bawah naungan pohon besar menciptakan sensasi relaksasi alami. Ikan-ikan kecil yang hidup di dalam kolam menambah daya tarik tersendiri, sering kali menggigit lembut kulit para pengunjung, menghadirkan sensasi alami yang menenangkan tubuh dan pikiran. Menariknya, hingga kini, masyarakat sekitar masih menjadikan tempat ini lokasi ritual pada malam-malam tertentu sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Meski belum sepopuler destinasi wisata lain di Jawa Tengah, pesona Balekambang justru terletak pada kesederhanaannya. Tidak banyak tempat yang mampu memadukan unsur sejarah, spiritualitas, dan keindahan alam dalam satu ruang yang utuh. Kolam kuno ini menjadi saksi peradaban, tempat manusia, alam, dan kepercayaan berpadu dalam keharmonisan yang tetap terjaga lintas zaman.
Kini, Balekambang perlahan mulai menarik perhatian wisatawan yang ingin merasakan ketenangan sekaligus belajar tentang sejarah lokal. Di setiap gemericik airnya, tersimpan cerita panjang tentang kehidupan masa lalu yang masih berdenyut hingga kini. Balekambang bukan hanya peninggalan sejarah, melainkan juga simbol keseimbangan antara manusia dan alam, antara masa lalu dan masa kini, sebuah keindahan yang terus hidup dalam diam di tanah Batang.(yayan/*)