Awal Oktober Ada Gerhana Matahari Cincin, di Indonesia?
Ilustrasi gerhana matahari. freepik--
Radarlambar.bacakoran.co- Beberapa hari lagi, tepatnya pada awal bulan Oktober nanti, masyarakat bakal disuguhkan fenomena alam berupa Gerhana Matahari Cincin. Namun, tidak semua wilayah di Bumi dapat mengamati peristiwa tersebut.
Fenomena Gerhana Matahari cincin akan terjadi pada 2 Oktober 2024. Saat itu terjadi, Bulan akan menutup Matahari pada siang hari sehingga akan menutupi cahaya yang sampai ke Bumi. Area yang terdampak akan terlihat seperti malam untuk sementara waktu.
Seperti dilansir dari Space, Jum’at (27/9/2024) Gerhana Matahari Cincin itu akan melintasi Samudera Pasifik dan Amerika Selatan bagian selatan. Pada titik terbesar pengamatan terjadi di samudera Pasifik dimana Bulan akan menutupi 93% Matahari kemudian menciptakan cincin api selama 7 menit, 25 detik.
Gerhana Matahari Cincin ini mempunyai lintasan yang panjang dan lebar. Terbit di sebelah selatan Hawaii di Samudra Pasifik Utara dan selanjutnya terbenam di sebelah utara Georgia Selatan di Samudra Atlantik Selatan.
Perjalanan itu menempuh jarak 14.163 kilometer dengan lintasan selebar antara 265 hingga 331 km. Sangat sedikit yang melintasi daratan, hanya Rapa Nui (Pulau Paskah) dan bagian selatan Chili serta Argentina di Amerika Selatan yang berada dalam lintasan cincin tersebut.
Gerhana Matahari Cincin 2 Oktober 2024 dianggap istimewa karena gerhana ini terjadi seusai Gerhana Besar Amerika Utara pada 8 April lalu, sehingga minat masyarakat pada gerhana matahari tinggi sehingga banyak pemburu gerhana yang akan bepergian untuk melihat kesana.
Selain itu, gerhana kali ini juga terbilang cukup lama dengan cincin api yang berlangsung hingga 7 menit 25 detik. Itu jauh lebih lama dari 4 menit 52 detik yang mungkin terjadi di AS selama Gerhana Matahari Cincin terakhir, pada 14 Oktober 2023 lalu. Dan terakhir tempat terbaik untuk menyaksikan peristiwa ini adalah destinasi yang benar-benar ikonik yaitu Rapa Nui yang juga disebut Pulau Paskah.
Dilihat dari lintasannya tersebut, itu artinya masyarakat Indonesia tidak dapat menyaksikan langsung proses detik-detik Matahari tertutupi oleh Bulan. Meski demikian, dengan kemajuan teknologi di Indonesia bisa melihatnya secara online melalui live streaming yang biasanya dilakukan oleh NASA.(*)