Menyingkap Peristiwa Westerling, Kekejaman yang Tak Banyak Diungkap di Buku Sejarah

Ilustrasi catatan sejarah. Foto/Net--

Radarlambar.bacakoran.co - Salah satu bab gelap dalam sejarah Indonesia yang jarang dibahas di bangku sekolah adalah Peristiwa Westerling, sebuah operasi militer Belanda yang berlangsung di Sulawesi Selatan antara Desember 1946 hingga Februari 1947.

Operasi ini dipimpin oleh Raymond Westerling, seorang komandan Belanda yang memimpin Pasukan Khusus Depot Speciale Troepen (DST) dalam aksi brutal untuk menghentikan perlawanan rakyat terhadap Belanda di Sulawesi.

Dengan dalih menumpas gerakan anti-Belanda, Westerling menerapkan standrecht, atau hukum eksekusi langsung, di mana siapa saja yang dicurigai sebagai anggota gerakan perlawanan akan langsung dieksekusi tanpa proses hukum.

Dalam praktiknya, operasi ini berubah menjadi pembantaian massal terhadap warga sipil tak bersalah. Saksi mata menyebutkan bahwa warga desa dikumpulkan di lapangan terbuka, diinterogasi, dan ditembak mati di tempat. 

Selama operasi tersebut, diperkirakan lebih dari 40.000 warga Sulawesi Selatan menjadi korban kekejaman. Pembantaian ini dilakukan dengan kejam dan sistematis, melibatkan taktik intimidasi yang ekstrem, seperti penyiksaan dan pembakaran desa-desa. Akibatnya, penduduk Sulawesi Selatan mengalami trauma dan kerugian yang luar biasa besar, tidak hanya dari segi nyawa, tetapi juga ekonomi dan sosial.

Peristiwa Westerling ini jarang dibahas secara mendalam dalam pelajaran sejarah formal di sekolah-sekolah Indonesia, meskipun dampaknya begitu besar bagi masyarakat Sulawesi Selatan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bahkan hingga kini, banyak keluarga korban yang masih menyimpan cerita pilu ini secara turun-temurun sebagai kenangan atas masa lalu yang kelam.

Bagi Indonesia, peristiwa Westerling adalah pengingat pahit akan kebrutalan penjajahan dan pentingnya penghormatan terhadap hak asasi manusia. Baru pada beberapa dekade terakhir, pemerintah dan sejumlah organisasi kemanusiaan mulai berusaha membawa peristiwa ini ke publik sebagai bagian dari upaya mengenang sejarah kelam dan menghormati para korban serta keluarganya.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan