Selandia Baru dan Argentina, Contoh Negara yang Terjebak Resesi Ekonomi Global
Bendera negara Selandia Baru. Foto Dok Freepik--
Radarlambar.bacakora.co- Sejumlah negara, termasuk negara maju, kini terjebak dalam jurang resesi, yang merupakan tanda adanya pelemahan ekonomi global.
Resesi sendiri terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Terbaru, Selandia Baru mengalami resesi pada kuartal ketiga (Q3) 2024, dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih buruk dari yang diperkirakan.
Pada 19 Desember 2024, data resmi menunjukkan PDB Selandia Baru turun sebesar 1% pada kuartal Juli-September, lebih besar dari yang diantisipasi yaitu hanya 0,2%. Penurunan ini menandakan kontraksi kedua berturut-turut setelah sebelumnya mengalami penyusutan 1,1% pada kuartal kedua (Q2) 2024. Penurunan ekonomi ini mengejutkan banyak pihak, bahkan Kiwibank menyatakan bahwa pelemahan ini jauh lebih besar daripada yang diperkirakan oleh banyak analis.
Resesi ini terjadi setelah kebijakan Bank Sentral yang lebih ketat untuk mengendalikan inflasi, yang menghambat pertumbuhan. Menteri Keuangan Selandia Baru, Nicola Willis, mencatat bahwa ekonomi negara tersebut telah terkontraksi selama delapan kuartal berdasarkan basis per kapita. Meskipun demikian, ia berharap ada pemulihan ekonomi pada kuartal berikutnya dan pertumbuhan yang lebih kuat di tahun 2025.
Argentina sudah lebih lama terjebak dalam resesi, bahkan mengalami kontraksi ekonomi yang parah pada awal 2024. Ekonomi Argentina terkontraksi 5,1% pada kuartal pertama 2024 dibandingkan kuartal sebelumnya, dan kontraksi ini sudah terjadi selama enam kuartal berturut-turut. Negara ini telah dilanda inflasi tinggi dan defisit fiskal yang berkepanjangan, memperburuk ketidakstabilan ekonomi.
Kehancuran ekonomi Argentina semakin parah setelah Presiden Javier Milei memperkenalkan paket reformasi ekonomi yang kontroversial pada akhir 2023. Reformasi tersebut termasuk pemotongan besar dalam pengeluaran publik, penghapusan subsidi bahan bakar dan transportasi, serta pemprivatisasian perusahaan milik negara.
Kebijakan ini telah menambah penderitaan ekonomi bagi warga Argentina yang kehilangan daya beli mereka, terutama setelah 50.000 pekerjaan publik dihapus dan kontrak-kontrak pekerjaan umum ditangguhkan.
Inflasi Argentina telah menjadi masalah struktural, dengan rata-rata inflasi tahunan yang mencapai 190% sejak 1944. Negara ini juga memiliki sejarah gagal bayar utang negara yang sering terjadi, yang membuatnya terjebak dengan suku bunga tinggi di pasar kredit internasional.
Selain Selandia Baru dan Argentina, sejumlah negara lainnya juga terperangkap dalam resesi, dengan berbagai faktor penyebab, seperti kebijakan moneter yang ketat, inflasi tinggi, dan ketegangan politik yang mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Resesi di negara-negara ini menunjukkan dampak besar dari krisis ekonomi global yang terus berlanjut, mempengaruhi negara-negara besar maupun berkembang.
Dengan berbagai upaya untuk mengatasi resesi ini, negara-negara tersebut berharap dapat pulih dalam beberapa tahun mendatang. Namun, tantangan besar tetap ada, terutama terkait dengan inflasi, pengangguran, dan ketidakstabilan sosial yang bisa memperburuk kondisi ekonomi lebih lanjut.(*)