Mengapa Israel dan Palestina Tidak Pernah Damai, Ini Penjelasannya
Negara Israel & Palestina: Konflik tersebut adalah masalah yang sangat kompleks dan tidak dapat diselesaikan dengan cepat. Foto: Dok/Net--
Radarlambar.bacakoran.co -Konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung lebih dari satu abad, dan meskipun ada berbagai upaya perdamaian, situasi ini masih jauh dari solusi yang adil dan permanen. Ada beberapa faktor kompleks yang menyebabkan ketegangan yang terus berlanjut antara kedua pihak, meliputi aspek sejarah, politik, agama, dan sosial.
1. Sejarah Konflik yang Panjang
Sejarah konflik ini bermula sejak awal abad ke-20, ketika wilayah Palestina yang saat itu berada di bawah kekuasaan Ottoman, mulai menjadi pusat perhatian bagi gerakan Zionis yang ingin mendirikan negara Yahudi di wilayah tersebut. Ketegangan semakin meningkat setelah Perang Dunia I, ketika Inggris mengambil kendali atas Palestina melalui Mandat Inggris. Pada saat itu, baik komunitas Yahudi maupun Arab Palestina mulai menuntut hak atas wilayah tersebut
Pada 1947 Perserikatan Bangsa Bangsa mengusulkan pembagian wilayah Palestina menjadi dua negara bagian: satu untuk orang Yahudi (Israel) juga satu lagi untuk orang Arab Palestina. Namun hal ini, rencana tersebut ditolak oleh negara-negara Arab, dan juga setelah deklarasi kemerdekaan Israel pada tanggal 14 Mei 1948, perang pertama antara negara Israel dan negara-negara Arab meletus. Akibat dari peristiwa tersebut, banyak orang Palestina yang terpaksa menjadi pengungsi, serta wilayah yang diinginkan Palestina untuk negara mereka terpecah dan juga dikuasai oleh Israel.
2. Masalah Tanah dan Perbatasan
Salah satu penyebab yang paling utama ketegangan tersebut adalah masalah klaim atas tanah. Setelah Perang Enam Hari pada 1967, Israel menduduki Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur—wilayah yang secara internasional dianggap sebagai bagian dari negara Palestina yang akan datang. Meskipun ada upaya untuk membentuk solusi dua negara, seperti dalam perjanjian Oslo pada 1990-an, Israel terus membangun pemukiman-pemukiman di wilayah-wilayah yang mereka duduki, yang mengurangi harapan bagi pembentukan negara Palestina yang utuh dan berdaulat.
3. Perbedaan Agama dan Identitas
Agama juga memainkan peran besar dalam ketegangan ini. Bagi orang Yahudi, tanah yang kini menjadi Israel dan Palestina adalah tanah yang dijanjikan dalam kitab suci mereka. Sedangkan bagi umat Muslim, wilayah ini, terutama Yerusalem, adalah tempat suci ketiga dalam agama Islam. Yerusalem, yang diperebutkan, menjadi simbol penting bagi kedua belah pihak, dan setiap kebijakan yang melibatkan kota ini sering kali memicu kekerasan dan protes.
Identitas juga menjadi faktor penting dalam konflik ini. Bagi banyak orang Palestina, perjuangan mereka adalah tentang mempertahankan identitas dan hak untuk menentukan nasib sendiri di tanah yang telah lama mereka huni. Sementara itu, Israel melihat keberadaan mereka di wilayah ini sebagai pencapaian bersejarah dan hak yang sah sebagai negara Yahudi.
4. Perbedaan Kepemimpinan dan Ideologi
Di sisi Israel, ada beragam pandangan mengenai bagaimana menangani konflik ini, mulai dari yang mendukung solusi dua negara hingga yang lebih radikal dan ingin mempertahankan seluruh wilayah tersebut untuk Israel. Di pihak Palestina, ada perpecahan antara Fatah (yang mendukung dialog dan perdamaian dengan Israel) dan Hamas (yang menentang Israel secara tegas dan lebih mengedepankan kekerasan).
Ketegangan internal ini sering menghalangi tercapainya konsensus baik di pihak Israel maupun Palestina. Konflik politik ini membuat setiap upaya perdamaian sulit tercapai, karena masing-masing pihak tidak bisa sepenuhnya mengontrol kelompok-kelompok yang lebih radikal di dalam wilayah mereka.
5. Kepentingan Internasional
Konflik ini juga dipengaruhi oleh kepentingan negara-negara besar. Amerika Serikat telah lama menjadi sekutu utama Israel, sementara banyak negara Arab, serta negara-negara Muslim lainnya, mendukung Palestina. Dukungan ini memperburuk ketegangan karena setiap kali ada upaya untuk mencari solusi, pihak-pihak luar sering kali terlibat dengan agenda mereka sendiri, yang tidak selalu mencerminkan keinginan rakyat Palestina atau Israel.