Ruang Terbuka Hijau, Memperpanjang Usia dan Meningkatkan Kesehatan
Ruang Terbuka Hijau, Memperpanjang Usia dan Meningkatkan Kesehatan. Foto: Freepik--
Radarlambnar.bacakoran.co - Memperpanjang usia hidup tidak hanya bergantung pada gaya hidup sehat yang konsisten, tetapi juga pada faktor lingkungan, seperti keberadaan ruang terbuka hijau di sekitar tempat tinggal.
Menurut studi yang dipublikasikan di Science Advances pada Juni 2023, tinggal di daerah dengan banyak ruang hijau dapat memperpanjang usia hidup seseorang hingga 2,5 tahun. Penelitian ini mengungkapkan bahwa tinggal dekat dengan area hijau dapat memicu perubahan biologis yang terlihat dalam darah, yang berkontribusi pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Namun, meskipun konsep ini terdengar sederhana, kenyataannya tidak mudah untuk diterapkan. Faktor utama yang menentukan ketersediaan ruang hijau bukan hanya pilihan pribadi, tetapi juga kebijakan pemerintah. Di banyak kota besar, seperti Jakarta, ruang terbuka hijau (RTH) sangat terbatas.
Sebagai contoh, di Jakarta pada 2023, persentase RTH hanya mencapai 5,2%, jauh di bawah angka ideal yang tercantum dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang menyarankan RTH minimal 30%.
Penghijauan Perkotaan di Italia
Italia telah menjadi contoh sukses dalam upaya meningkatkan ruang terbuka hijau di perkotaan. Pemerintah Italia sadar bahwa peningkatan ruang hijau dapat mengurangi risiko kematian hingga 4%. Salah satu contoh adalah proyek di Emilia-Romagna yang bertujuan menambah ruang hijau sebesar 20% dalam satu dekade dengan investasi 4,5 juta euro. Di kota-kota besar Italia seperti Milano, ruang terbuka hijau telah mencapai 13,8%, dengan 37 pohon untuk setiap 100 penduduk.
Firenze dan Bologna juga menjalankan proyek serupa, dengan tujuan memperbanyak taman, kebun komunitas, dan atap hijau. Di Milano, sejak 2018, lebih dari 100.000 pohon baru ditanam setiap tahun, dengan target 3 juta pohon pada 2030. Namun, penghijauan perkotaan di Italia juga menghadapi tantangan ekonomi, terutama terkait alokasi lahan untuk ruang hijau yang terkadang dianggap mengurangi peluang pembangunan komersial.
Kisah Sukses di Negara Lain
Italia bukan satu-satunya negara yang sukses dalam meningkatkan ruang hijau di perkotaan. Singapura, yang dikenal dengan julukan The Garden City, telah menginvestasikan lebih dari 2 miliar dolar AS dalam ruang hijau selama satu dekade terakhir. Sekitar 47% dari luas wilayah Singapura kini ditutupi ruang hijau, berkontribusi pada peningkatan kualitas udara dan penurunan suhu perkotaan. Ini juga berkontribusi pada penurunan 15% penyakit pernapasan dan peningkatan 10% angka harapan hidup.
Di Freiburg, Jerman, lebih dari dua per tiga wilayah kota ditetapkan sebagai ruang hijau, dan angka harapan hidup penduduk kota ini telah meningkat dua tahun sejak dimulainya proyek penghijauan. Begitu pula dengan Vancouver di Kanada, yang melalui Greenest City Action Plan telah menanam lebih dari 150.000 pohon sejak 2010, dengan tujuan meningkatkan tutupan hutan kota.
Tantangan di Indonesia
Sayangnya, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam menjaga dan menambah ruang terbuka hijau, terutama di kota-kota besar yang dilanda urbanisasi pesat. Jakarta, sebagai contoh, mengalami penurunan signifikan dalam ruang hijau, yang kini hanya mencakup 5,2% dari total luas wilayah. Hal ini sangat memprihatinkan karena pada tahun 1985, Jakarta masih memiliki ruang hijau sebesar 25,85%.
Kehilangan hampir 20% ruang hijau dalam tiga dekade terakhir di Indonesia disebabkan oleh pembangunan yang tidak terkendali dan perencanaan tata kota yang buruk. Akibatnya, efek pulau panas perkotaan semakin parah, mempengaruhi kesehatan masyarakat dengan meningkatnya penyakit terkait panas dan masalah kardiovaskular. Jakarta juga terperangkap dalam polusi udara yang parah, dengan sekitar 10.000 kematian dini setiap tahun akibat polusi udara, yang menyebabkan kerugian biaya pengobatan sebesar 3 miliar dolar AS per tahun.
Selain itu, kurangnya akses ke ruang hijau juga berdampak pada kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa akses ke taman dan ruang hijau dapat mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Namun, sebagian besar penduduk perkotaan di Indonesia memiliki akses terbatas, atau bahkan tidak ada akses sama sekali, ke ruang hijau.