Identifikasi Tantangan Indonesia di Tahun 2025, Lemhanas: Judi Online hingga Konflik Maritim
Gubernur Lemhannas TB Ace Hasan Syadzily. Foto Dok/Net --
Radarlambar.bacakoran.co– Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) mengungkapkan beberapa tantangan besar yang akan dihadapi Indonesia pada tahun 2025, mulai dari maraknya judi online (judol) dan pinjaman online (pinjol) hingga potensi eskalasi konflik maritim di wilayah Indo-Pasifik.
Dalam rilis akhir tahun yang disampaikan Senin (23/12), Gubernur Lemhannas, TB Ace Hasan Syadzily, menyoroti dua fenomena yang dapat mengancam stabilitas nasional, yakni judi online dan pinjaman online yang ilegal.
Menurutnya, persoalan ini perlu mendapat perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga keamanan, dan masyarakat.
Ace menekankan bahwa dalam era geocybernetic yang serba digital ini, penting untuk memperkuat ketahanan siber serta meningkatkan literasi digital masyarakat. Hal ini bertujuan untuk melawan ancaman yang datang dari dunia maya, termasuk praktik judi online dan pinjaman online, yang dapat merusak ideologi dan karakter bangsa.
"Merebaknya judol dan pinjol yang bisa saja sengaja dilancarkan oleh pihak-pihak lain untuk menghancurkan ideologi dan karakter bangsa," ujarnya.
Oleh karena itu, Ace mendorong agar dilakukan sinkronisasi antar unit siber di kementerian, lembaga, hingga dunia pendidikan untuk memperkuat ketahanan digital Indonesia.
Selain tantangan domestik, Lemhannas juga menyoroti potensi ancaman geopolitik di kawasan Indo-Pasifik. Ace menjelaskan, berbagai konflik maritim, seperti sengketa Laut Cina Selatan, ketegangan di semenanjung Korea, dan perselisihan perbatasan India-Cina, akan semakin mempengaruhi stabilitas kawasan. Indonesia, sebagai negara yang terletak di jalur pelayaran utama dunia, tentu akan terdampak.
"Tantangan tersebut akan semakin menambah kompleksitas geopolitik di kawasan ini," ungkap Ace. Ia juga mengingatkan bahwa dinamika proyek Belt and Road Initiative (BRI), yang melibatkan Asia, Afrika, hingga Eropa, serta ketegangan terkait klaim teritorial Cina atas Laut Cina Selatan, akan memiliki dampak langsung terhadap Indonesia, terutama dalam menjaga kedaulatan wilayah.
Ace menambahkan bahwa ketegangan yang timbul dari sengketa tersebut juga dapat memengaruhi posisi Indonesia di ASEAN, mengingat perbedaan kepentingan di antara anggota negara-negara ASEAN. Kehadiran kekuatan militer baru seperti aliansi AUKUS (Australia, Inggris, Amerika Serikat) juga berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, Ace mengingatkan bahwa eskalasi konflik di kawasan ini dapat meningkatkan ancaman kejahatan lintas negara, seperti perdagangan manusia, narkoba, penyelundupan senjata, dan terorisme. Oleh karena itu, Indonesia perlu memperkuat kebijakan luar negeri yang proaktif dan responsif.
Ace mengusulkan agar Indonesia mengimplementasikan kebijakan luar negeri yang lebih proaktif serta memperkuat strategi pertahanan nasional dan modernisasi militer. Diplomasi dan kerja sama internasional juga harus ditingkatkan untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
"Dengan memperkuat diplomasi dan kerja sama internasional, Indonesia akan lebih siap dalam menghadapi potensi konflik di kawasan Indo-Pasifik," pungkas Ace.(*)