Indonesia Target Utama Ransomware, Waspadai Ancaman Serangan Siber!

Ilustrasi / Foto --Pixabay--
Radarlambar.Bacakoran.co - Serangan ransomware di Indonesia mengalami lonjakan yang signifikan, menjadikannya sebagai negara dengan jumlah serangan tertinggi di Asia Tenggara. Laporan terbaru dari Kaspersky mencatat lebih dari 32.803 serangan ransomware berhasil diblokir pada paruh pertama tahun 2024, jauh lebih banyak dibandingkan dengan negara-negara lainnya di kawasan ini. Filipina tercatat dengan 15.208 serangan, sementara Thailand berada di angka 4.841.
Kenapa Indonesia menjadi target utama? Menurut Kaspersky, ketergantungan yang tinggi terhadap teknologi tanpa diimbangi oleh sistem keamanan siber yang cukup menjadi salah satu penyebab utama kerentanannya. Serangan ini tidak hanya menyasar individu, tetapi juga sektor-sektor penting seperti pemerintahan, keuangan, kesehatan, dan pendidikan, yang membuat Indonesia semakin rawan.
Penjahat siber kini semakin kreatif dengan memanfaatkan model Ransomware-as-a-Service (RaaS), yang memudahkan mereka membeli malware untuk melancarkan serangan. Bahkan, jika mereka berhasil memperoleh akses ke infrastruktur yang lebih sensitif melalui kredensial yang valid, dampaknya bisa lebih besar lagi.
Meski ancaman ini semakin meresahkan, ada langkah-langkah penting yang dapat diambil untuk melindungi data dan sistem digital. Mengamankan layanan jarak jauh dengan autentikasi dua faktor, rutin memperbarui perangkat lunak, memantau aktivitas jaringan dengan solusi deteksi canggih seperti Kaspersky Anti Targeted Attack Platform (KATA), serta membuat cadangan data secara offline adalah beberapa langkah preventif yang dapat diterapkan. Tidak kalah penting, edukasi kepada karyawan tentang pentingnya kesadaran siber dapat mengurangi risiko kesalahan yang membuka peluang serangan.
Kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta juga sangat dibutuhkan untuk memperkuat pertahanan siber negara. Meningkatkan regulasi dan berbagi intelijen ancaman dapat memperkokoh pertahanan siber Indonesia. Selain itu, dengan meningkatkan kesadaran mengenai kebersihan siber—seperti menghindari tautan berisiko dan memastikan perangkat aman—Indonesia dapat meminimalkan dampak serangan ransomware yang semakin kompleks.
Walaupun masih ada ancaman yang harus diwaspadai, data menunjukkan penurunan sekitar 38,08 persen dalam deteksi ancaman dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, hampir 5 juta ancaman masih berhasil diblokir pada paruh pertama 2024. Dengan dukungan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan kesadaran yang meningkat, Indonesia dapat menghadapi ancaman ransomware ini dan melanjutkan transformasi digital dengan lebih aman.(*)