Mengapa Stres Bisa Mengubah Nafsu Makan?
Mengelola stres dengan cara yang lebih positif bisa membantu menjaga pola makan yang sehat dan mengurangi dampak buruk pada tubuh. Foto: Freepik--
Radarlambar.bacakoran.co - Stres adalah bagian dari kehidupan yang sulit dihindari, dan bisa memengaruhi banyak aspek fisik dan mental kita, termasuk nafsu makan. Beberapa orang mungkin merasa kehilangan selera makan saat stres, sementara yang lain justru cenderung makan lebih banyak, terutama makanan yang manis, asin, atau berlemak. Fenomena ini dikenal dengan istilah stress eating atau makan karena stres.
Mengapa Makanan Tertentu Tertarik Saat Stres?
Saat stres, tubuh merespons dengan melepaskan hormon kortisol, yang berperan penting dalam meningkatkan nafsu makan. Kortisol memotivasi kita untuk mengonsumsi makanan yang tinggi kalori, seperti comfort food yang berlemak atau manis. Ini adalah mekanisme tubuh untuk mempersiapkan diri menghadapi ancaman fisik yang bisa datang pada zaman dulu. Namun, di zaman modern, ancaman tersebut lebih sering berupa tekanan dari pekerjaan, hubungan, atau masalah sehari-hari, bukan ancaman fisik nyata.
Peran Hormon dalam Makan Berlebih
Selain kortisol, hormon ghrelin, yang dikenal sebagai "hormon lapar," juga berperan saat stres. Penelitian menunjukkan bahwa kadar ghrelin meningkat ketika seseorang mengalami stres, yang menyebabkan rasa lapar dan dorongan untuk makan lebih banyak. Kombinasi hormon-hormon ini mendorong perilaku makan berlebihan, yang bisa menyebabkan penambahan berat badan.
Efek Stres Jangka Pendek dan Panjang pada Nafsu Makan
Dalam jangka pendek, stres bisa menghambat nafsu makan sementara waktu. Ketika tubuh menghadapi stres akut, sistem saraf mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin), yang memicu respons "fight-or-flight." Ini adalah kondisi fisiologis yang menekan rasa lapar sebagai bagian dari persiapan tubuh untuk bertindak cepat.
Namun, jika stres berlangsung lama atau kronis, kadar kortisol tetap tinggi, yang meningkatkan dorongan untuk makan berlebihan, terutama makanan yang tinggi kalori. Proses ini bisa membuat kita terus mencari makanan sebagai bentuk kenyamanan atau pelarian dari stres yang dialami.
Faktor Lain yang Berkontribusi pada Stres dan Kenaikan Berat Badan
Selain faktor hormon, kurang tidur, aktivitas fisik yang berkurang, dan gaya hidup yang tidak sehat selama stres dapat memperburuk masalah ini. Misalnya, ketika tidur terganggu, tubuh lebih cenderung melepaskan hormon yang memengaruhi nafsu makan, sehingga kita lebih cenderung mengonsumsi makanan yang tidak sehat untuk mengatasi rasa lelah atau cemas.
Mengatasi Stress Eating
Memahami bagaimana stres memengaruhi perilaku makan adalah langkah pertama dalam mengelola masalah ini. Jika kamu merasa nafsu makanmu berubah karena stres, cobalah mencari cara-cara sehat untuk menghadapinya, seperti olahraga ringan, meditasi, atau berbicara dengan seseorang yang kamu percayai. Mengelola stres dengan cara yang lebih positif bisa membantu menjaga pola makan yang sehat dan mengurangi dampak buruk pada tubuh. (*)