54% BBM Indonesia Diimpor dari Singapura

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.--Foto.Detik.--
Radarlambar.bacakoran.co – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa lebih dari separuh kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) Indonesia berasal dari impor, dengan 54% di antaranya didatangkan dari Singapura.
Kondisi ini dinilai ironis, mengingat Indonesia memiliki cadangan minyak sendiri, sedangkan Singapura tidak memiliki ladang minyak.
Menurut Bahlil, situasi ini sangat berbeda dengan periode 1996-1997, ketika Indonesia masih mampu mengekspor minyak dalam jumlah besar.
Pada saat itu, lifting minyak Indonesia mencapai 1,6 juta barel per hari, sementara konsumsi dalam negeri hanya sekitar 600.000 barel per hari, sehingga terdapat surplus yang memungkinkan ekspor hingga 1 juta barel per hari.
Namun, pada tahun 2024, produksi minyak nasional menurun drastis menjadi hanya 600.000 barel per hari, sedangkan kebutuhan domestik meningkat tajam, sehingga Indonesia kini harus mengimpor sekitar 1 juta barel per hari.
Bahlil menilai bahwa penurunan produksi minyak ini menunjukkan perlunya perbaikan tata kelola sektor minyak dan gas (migas) di Indonesia. Ia mengusulkan tiga langkah utama untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Pertama, sumur-sumur minyak yang tidak aktif harus segera dikelola kembali agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi. Kedua, pemanfaatan teknologi perlu dioptimalkan untuk meningkatkan hasil produksi dari sumur yang sudah ada.
Ketiga, percepatan pengembangan terhadap 300 sumur yang telah selesai tahap eksplorasi tetapi belum masuk ke dalam rencana pengembangan (Plan of Development/PoD).
Ketergantungan impor BBM tidak hanya berpengaruh pada defisit neraca perdagangan, tetapi juga membuat Indonesia lebih rentan terhadap fluktuasi harga minyak global. Oleh karena itu, perbaikan tata kelola migas dianggap sebagai langkah penting untuk memastikan ketahanan energi nasional.
Dengan penerapan strategi yang tepat, diharapkan Indonesia dapat kembali meningkatkan produksi minyak dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. (*/rinto)