Miliki Lahan Sagu 36.462 Hektare, Maluku Bisa Dukung ketahanan Pangan RI

Ilustrasi pohon sagu.- -Foto KOMPAS.--

Radarlambar.bacakoan.co - Provinsi Maluku memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui kekayaan alam, khususnya hutan sagu. Dengan luas total mencapai 36.462 hektare, Maluku menempati urutan ketiga sebagai sentra utama produksi sagu di Indonesia, setelah Riau dan Papua Tengah. Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) menjadi daerah dengan lahan sagu terbanyak, yakni sekitar 35.421 hektare. 

Hal ini menjadikan Maluku memiliki potensi luar biasa dalam memenuhi kebutuhan pangan berbasis sagu di Indonesia, terutama di wilayah timur. Sagu, yang kaya akan karbohidrat, telah lama menjadi pangan lokal di Indonesia Timur, termasuk di Maluku. 

Dinas Pertanian (Distan) Maluku mencatat bahwa dengan total luas lahan tersebut, produksi yang dihasilkan dapat mencapai sekitar 14.123 ton. Meskipun begitu, untuk meningkatkan produktivitas dan nilai jual sagu, penting untuk melakukan pengelolaan hutan sagu dengan lebih baik. Saat ini, sebagian besar hutan sagu di Maluku merupakan tegakan alami yang belum dikelola secara optimal, sehingga pertumbuhannya tidak teratur. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan penataan ulang hutan sagu agar dapat menghasilkan hasil yang lebih tinggi.

Pengelolaan lahan sagu menghadapi beberapa tantangan, terutama terkait dengan lokasi hutan yang umumnya berada di lahan rawa. Hal ini menyulitkan proses pemanenan, dan pengangkutan hasil sagu menjadi lebih rumit. Selain itu, sistem drainase yang buruk dan terbatasnya jumlah tenaga kerja terlatih juga menjadi hambatan. Tanaman sagu yang terlalu padat di satu area juga dapat mempengaruhi hasil per pohon, karena terjadi persaingan antar pohon yang dapat menurunkan produksi. Oleh karena itu, penataan yang lebih terstruktur dan pengelolaan yang efisien sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil panen.

Potensi sagu di Maluku sangat besar, terutama jika dikelola berdasarkan kearifan lokal. Pohon sagu dikenal memiliki daya tahan yang tinggi terhadap lahan tropis, menjadikannya ideal untuk tumbuh di wilayah seperti Maluku yang memiliki iklim tropis dan tanah yang beragam. Selain itu, sagu memiliki kemampuan untuk tumbuh di tanah yang kurang subur, sehingga tidak memerlukan pemupukan berlebihan. Potensi besar sagu sebagai pangan utama di Indonesia timur semakin terbuka lebar jika dikelola dengan baik.

Keberlanjutan ketahanan pangan nasional bisa didorong dengan pemanfaatan potensi sagu yang ada, terutama dengan mengandalkan kearifan lokal yang sudah ada di masyarakat Maluku. Jika dikelola dengan baik, sagu dapat menjadi salah satu solusi utama untuk ketahanan pangan di wilayah timur Indonesia. Selain itu, pengembangan industri pengolahan sagu di Maluku berpotensi menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi ketergantungan pada impor pangan, serta meningkatkan perekonomian lokal.

Dengan pengelolaan yang tepat, sagu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan di Maluku, tetapi juga di wilayah lain di Indonesia yang memerlukan alternatif pangan bergizi. Lebih jauh lagi, peningkatan kualitas dan produktivitas sagu dapat membuka peluang ekspor ke pasar internasional, memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah dan nasional. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah dan masyarakat bekerja sama untuk mengelola hutan sagu dengan cara yang berkelanjutan dan berbasis teknologi serta kearifan lokal.

Pengembangan potensi sagu ini akan memperkuat ketahanan pangan Indonesia di masa depan. Jika dilaksanakan dengan langkah yang tepat, sagu dapat menjadi komoditas unggulan di Maluku dan Indonesia timur yang akan mendukung ketahanan pangan global serta memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat.(*/edi)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan