Ekonom Curiga Dana Danantara Akan Digunakan untuk Membeli SBN, Ini Alasan di Baliknya

Danantara akan Memperoleh Aliran Dana Dari Aset BUMN dan Hasil Efisiensi Anggaran Negara. - Foto Net--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyatakan kecurigaannya bahwa Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara akan menggunakan sebagian dari modal yang diterima untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN).
Wijayanto menjelaskan bahwa Danantara akan memperoleh aliran dana yang sangat besar, yang berasal dari aset-aset BUMN serta hasil efisiensi anggaran negara yang diperkirakan mencapai Rp300 triliun. Dana tersebut akan dikelola oleh Danantara untuk beragam investasi.
Namun, ia mencatat adanya masalah besar, yakni terbatasnya pilihan instrumen investasi dalam jangka pendek. Padahal, dana tersebut harus segera digunakan agar dapat memberi dampak yang signifikan terhadap perekonomian.
Kata Wijayanto, contohnya, pasar saham terlalu berisiko dengan banyaknya saham yang tidak stabil dan pasar yang kecil. Deposito berjangka mungkin menjadi pilihan, namun hasilnya relatif rendah.
Dia menambahkan, jika dana tersebut dialokasikan untuk proyek-proyek strategis nasional (PSN), eksekusinya akan memakan waktu sekitar satu hingga dua tahun untuk belanja modal.
"Saya khawatir pada akhirnya dana Danantara akan diarahkan ke SBN, yang sebenarnya bukan pilihan yang baik," tambahnya.
Wijayanto, yang pernah menjabat sebagai Staf Khusus Wakil Presiden dalam bidang ekonomi dan keuangan (2014—2019), menjelaskan dua potensi risiko besar jika Danantara menggunakan modalnya untuk membeli SBN. Pertama, hal ini dapat memperburuk kebijakan pemerintah yang terus menambah utang.
Kedua, meskipun ada aktivitas ekonomi yang terlihat, hal itu tidak akan memberikan dampak nyata terhadap perekonomian. Ini karena sumber dana Danantara sendiri berasal dari SBN, jadi jika dana tersebut kembali diputar ke SBN, itu akan menambah ketidakefisienan dalam penggunaan dana.
Ketika negara mengalami defisit maka salah satu cara menutupi kekurangan anggaran adalah dengan menerbitkan SBN. Dalam konteks ini, dana yang digunakan untuk menutupi defisit anggaran sebagian besar berasal dari SBN, yang juga menjadi sumber dana untuk Danantara.
Di sisi lain, CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Rosan Perkasa Roeslani, memastikan bahwa semua keputusan investasi yang diambil akan berpegang pada prinsip kehati-hatian.
Rosan menambahkan bahwa dalam setiap keputusan investasi, tim komite investasi akan melakukan analisis mendalam terhadap setiap proyek yang akan dibiayai, termasuk menilai proyek hilirisasi dan PSN yang telah direncanakan oleh pemerintah.
"Kami memiliki berbagai parameter dalam menilai sebuah investasi. Tidak hanya dari segi return, tetapi juga dari aspek penciptaan lapangan kerja, pengurangan impor, peningkatan ekspor, dan tentu saja daya saing. Semua ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan perekonomian," ujar Rosan di Istana Kepresidenan. *