Perayaan Nyepi yang Berbeda di Desa Bali – 'Dengan Cara Apa Pun Tuhan Disembah, Niscaya Akan Diterima'

Umat Hindu Merayakan Hari Raya Nyepi. - Foto Net--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Hari Raya Nyepi di Bali adalah waktu yang dipenuhi dengan hening dan keheningan, ketika umat Hindu berhenti melakukan segala aktivitas. Pada saat ini, seluruh Bali akan tampak sepi: lampu-lampu dimatikan, jalanan kosong, dan toko-toko tutup selama 24 jam. Namun, ada satu desa di Bali yang merayakan Nyepi dengan cara yang berbeda.
Desa Tenganan Pegringsingan, yang terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, memiliki tradisi Nyepi yang unik. Meskipun Bali pada umumnya menghentikan seluruh kegiatan, warga Desa Tenganan tetap melanjutkan rutinitas mereka seperti biasa. Ini menunjukkan perbedaan dalam cara merayakan Nyepi yang sudah ada sejak lama.
Bali, yang terkenal dengan keindahan wisatanya, biasanya akan sangat sepi pada saat perayaan Nyepi. Tahun ini, Nyepi jatuh pada tanggal 29 dan 30 Maret 2025. Semua aktivitas di Bali akan terhenti selama 24 jam tersebut, dan bahkan wisatawan diminta untuk tidak bepergian atau keluar dari tempat mereka menginap. Bandara Ngurah Rai pun akan kosong tanpa adanya penerbangan.
Namun, di Desa Tenganan, kehidupan sehari-hari tetap berlangsung normal. Desa ini mengikuti kalender adat mereka sendiri, yang tidak sesuai dengan kalender Bali pada umumnya. Di Desa Tenganan, perayaan Nyepi berlangsung selama 15 hari, dimulai pada bulan pertama dalam kalender adat mereka, yang dikenal dengan sasih kasa. Untuk tahun 2025, mereka sudah melaksanakan Nyepi pada bulan Januari.
Meski merayakan Nyepi pada waktu yang berbeda, warga Desa Tenganan tetap menghargai esensi dari hari raya tersebut. Menurut I Nyoman Sadra, salah seorang warga, "Yang terpenting adalah menenangkan pikiran." Meskipun tetap menjalani aktivitas sehari-hari, warga Desa Tenganan diingatkan untuk tetap tenang dan tidak membuat keributan. Mereka juga diminta untuk tetap berada di desa selama Nyepi dan menjaga ketenangan.
Terkait dengan pantangan yang berlaku selama Nyepi, pada umumnya ada empat larangan yang diikuti oleh umat Hindu Bali: tidak bekerja (amati karya), tidak menyalakan api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), dan tidak bersenang-senang (amati lelanguan). Namun, di Desa Tenganan, terdapat tiga pantangan yang lebih spesifik. Kata Nyoman, Tidak boleh menggali tanah, tidak boleh berdarah-darah, dan tidak boleh memukul logam atau menumbuk padi.
Meskipun terdapat perbedaan dalam hal pantangan, Nyoman menekankan bahwa masyarakat Desa Tenganan sudah sangat terbiasa dengan tradisi mereka dan tidak ada masalah dengan cara mereka merayakan Nyepi. Bagi mereka, esensi dari Nyepi adalah memberi kesempatan bagi alam untuk beristirahat setelah satu tahun penuh beraktivitas, dan juga menjadi waktu untuk merenung serta introspeksi diri.
"Nyepi adalah waktu yang baik untuk mempertanyakan diri sendiri, apa yang telah saya lakukan tahun lalu, dan apa yang perlu diperbaiki di masa depan," tutup Nyoman. (*)