Luka Ekonomi Menjelang Hari yang Fitri

Pekerja di Indonesia. -Foto DokNetĀ --

Akhir kata, tulisan ini tidak akan diakhiri dengan rekomendasi atau solusi. Kami menyadari bahwa para pejabat negara, yang digaji oleh rakyat, seharusnya mampu memberikan solusi yang memadai. Mereka harus memikirkan masa depan rakyat, bukan sekadar terjebak dalam politik kekuasaan. Berikut ini adalah sebuah puisi yang menggambarkan perasaan rakyat di tengah ketidakpastian ini:

Seorang ekonom berpijak pada data untuk menggambarkan kondisi empiris,

Bukan seperti politisi yang menunjukkan data hanya sebagai simbolis.

Simbolis kekuasaan, simbolis tipu daya kepada masyarakat yang sekarang sedang menangis,

Memikirkan perjuangan di tengah pemerintahan yang represif dan politisi sinis.

Rakyat Indonesia dibuat sengsara oleh Pemerintah yang tidak tahu kondisi rakyat biasa dan jelata.

Kondisi yang terjepit antara kebutuhan dan pendapatan yang seadanya,

Menteri hanya tahu joget sambil bernyanyi di atas masyarakat yang untuk mendapatkan pekerjaan saja sudah berat rasanya.

Ucapan maaf lahir batin tidak pernah pas dan tepat untuk pemerintah yang zalim kepada rakyatnya.

Perjuangan rakyat masih akan tetap menyala,

Selama masih ada orang yang percaya,

Percaya pada cita-cita rakyat adalah pemegang mandat kekuasaan bukan penguasa istana.

Lebaran 2025 akan menjadi simbol luka dalam kehidupan sosial-ekonomi Indonesia. Rakyat akan terus berjuang, berharap pada pemimpin yang mampu mendengarkan dan bertindak untuk kebaikan bersama.(*/adi)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan