Raja Salman Pegang Kartu Truf: Langkah Arab Saudi Bisa Menghentikan Ambisi Trump di Timur Tengah

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Raja Salman dari Arab Saudi kini memegang peranan penting dalam menentukan masa depan hubungan diplomatik antara negara-negara Arab dan Israel.

Meski Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus berusaha memperluas Abraham Accords—kesepakatan yang memfasilitasi normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab—Arab Saudi tetap enggan mengikuti jejak negara-negara seperti UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko.

Arab Saudi, yang sebelumnya dianggap sebagai kandidat terkuat untuk bergabung dalam normalisasi hubungan dengan Israel, justru semakin keras menanggapi rencana tersebut.

Keputusan ini semakin diperkuat setelah Israel mengusulkan pembentukan badan untuk 'imigrasi sukarela' warga Gaza, sebuah langkah yang mendapat kecaman keras dari Riyadh karena dianggap bertentangan dengan perjuangan Palestina.

Tahun lalu, Arab Saudi membekukan kemajuan Abraham Accords menyusul kampanye militer Israel di Gaza, yang menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina.

Riyadh menegaskan bahwa mereka hanya akan mempertimbangkan kesepakatan dengan Israel jika ada langkah konkret menuju kedaulatan Palestina yang jelas.

Putra Mahkota Mohamed bin Salman sendiri menyuarakan pentingnya perlindungan hak-hak Palestina di kancah internasional.

Meskipun hubungan AS-Saudi secara historis kuat, dengan investasi besar yang dijanjikan Arab Saudi dan kesepakatan senjata, perbedaan pandangan soal Gaza menjadi hambatan besar.

Trump sendiri mengusulkan bahwa Gaza bisa dibersihkan dan diubah menjadi destinasi wisata mewah, sebuah ide yang ditolak mentah-mentah oleh Saudi.

Bagi Saudi, keberhasilan diplomatik Trump di Timur Tengah harus memperhitungkan hak-hak Palestina, suatu hal yang bisa menjadi batu sandungan besar bagi ambisi Trump. Jika Riyadh tetap pada pendiriannya, peluang untuk memperluas Abraham Accords akan menghadapi tantangan serius. (*)