Keunikan Upacara Adat di Sulawesi Tengah yang Menjaga Kearifan Lokal

Lebaran Mandura, salah satu tradisi di Sulawesi Tengah / Foto--Net.--

Di Suku Kulawi, ritual Rakeho adalah upacara kedewasaan yang melibatkan pengikiran gigi depan laki-laki. Upacara ini memiliki tujuan untuk menjaga keharmonisan dalam pernikahan dan memastikan keselamatan individu. Proses ini dilakukan di tempat yang tenang, biasanya setelah panen, ketika keluarga siap untuk menyelenggarakan upacara tersebut.

 

5. Baliya Jinja  

Baliya Jinja adalah ritual penyembuhan yang dilakukan oleh masyarakat Suku Kaili dengan memohon petunjuk dari roh nenek moyang untuk mengobati penyakit. Dipimpin oleh seorang dukun Tina Nu Baliya, upacara ini mencakup pembacaan syair dan larung sesaji ke laut atau pegunungan sebagai simbol pembuangan penyakit dan roh jahat yang mengganggu.

 

6. Lebaran Mandura

Setelah Idulfitri, masyarakat Kampung Baru di Palu merayakan tradisi Lebaran Mandura. Tradisi ini melibatkan pawai makanan khas yang terbuat dari ketan yang dibungkus daun pisang. Makanan ketan yang memiliki tiga warna ini melambangkan berbagai nilai, di antaranya keberanian, kesucian, dan keadilan. Perayaan ini menggambarkan rasa syukur dan semangat kebersamaan dalam komunitas.

 

7. Lebaran Iwwadh  

Pada hari ke-22 Idulfitri, masyarakat Kelurahan Baru di Palu mengadakan tradisi Lebaran Iwwadh, sebuah ritual saling mengunjungi antar rumah sambil melantunkan pujian dan doa. Upacara ini mencerminkan nilai pentingnya silaturahmi dan penghormatan antar sesama, serta berakhir di rumah salah satu keluarga keturunan Arab di Nadoli, yang menjadi pusat acara tahunan ini.

 

Upacara adat di Sulawesi Tengah menunjukkan betapa eratnya hubungan antara manusia, alam, dan tradisi yang terus dijaga. Setiap upacara tidak hanya merayakan aspek kehidupan tertentu, tetapi juga mengandung makna mendalam yang mengajarkan tentang rasa syukur, persatuan, dan keberlanjutan budaya.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan