Sekolah Rakyat: Dari Zaman Kolonial Belanda hingga Program Baru Pemerintah Prabowo

Sekolah Rakyat: Dari Zaman Kolonial Belanda hingga Program Baru Pemerintah Prabowo. Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co -Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam pembangunan sumber daya manusia di setiap negara. Di Indonesia, perkembangan sistem pendidikan tidak lepas dari sejarah panjang yang berawal sejak masa penjajahan. Salah satu istilah yang kembali mencuri perhatian belakangan ini adalah Sekolah Rakyat, sebuah program pendidikan yang diperkenalkan oleh pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos) dan rencananya akan mulai berjalan pada tahun ajaran 2025-2026.
Meskipun Sekolah Rakyat adalah program pendidikan baru yang dicanangkan untuk membantu anak-anak dari keluarga miskin, nama Sekolah Rakyat sendiri bukanlah hal yang baru. Program ini terinspirasi oleh konsep serupa yang sudah dikenal sejak masa penjajahan Belanda. Namun, bagaimana sejarah dari Sekolah Rakyat zaman Belanda dan apa relevansinya dengan kondisi pendidikan sekarang?
Sekolah Rakyat Zaman Belanda: Pendidikan dengan Tujuan Kolonial
Istilah "Sekolah Rakyat" pertama kali muncul pada awal abad ke-20 saat pemerintah kolonial Belanda menerapkan Politik Etis. Politik ini dimaksudkan sebagai balas budi kepada rakyat atas kerja paksa yang diterapkan pada masa tanam paksa. Salah satu pilar utama dari Politik Etis ini adalah pendidikan, yang bertujuan untuk mencetak tenaga kerja murah yang bisa membantu mendukung kepentingan ekonomi Belanda.
Volkschool, yang dalam bahasa Indonesia berarti "Sekolah Rakyat", adalah sekolah dasar yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1907. Sekolah-sekolah ini, meskipun diberi nama Sekolah Rakyat, tidak memiliki tujuan untuk mencerdaskan rakyat, melainkan lebih untuk menyiapkan mereka menjadi tenaga kerja terampil untuk bekerja di sektor-sektor yang menguntungkan Belanda.
Sekolah-sekolah ini kebanyakan berada di wilayah pedesaan dan didirikan dengan gotong-royong oleh masyarakat setempat. Para pengajar di Sekolah Rakyat atau Volksschool ini adalah orang pribumi, namun mereka tetap berada di bawah pengawasan ketat pemerintah kolonial. Kurikulum yang diajarkan sangat terbatas, hanya mencakup keterampilan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, serta sedikit pengetahuan tentang bahasa Belanda. Tujuan utama pendidikan ini adalah untuk menghasilkan tenaga kerja yang bisa bekerja di perusahaan atau lembaga milik Belanda.
Sekolah Rakyat Masa Kini: Akses Pendidikan bagi Keluarga Miskin
Sekolah Rakyat yang kini akan diadakan oleh pemerintah Indonesia melalui Kemensos tentu berbeda jauh dari konsep yang diterapkan pada masa kolonial. Meskipun menggunakan nama yang sama, tujuan dan konsepnya sangat berbeda.
Program Sekolah Rakyat yang direncanakan dimulai pada tahun ajaran 2025-2026 ini akan menjadi sekolah gratis berasrama untuk anak-anak dari keluarga miskin, terutama mereka yang berasal dari desil 1 dan 2 dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN)—yaitu kelompok 20 persen penduduk dengan kondisi ekonomi terendah di Indonesia. Sekolah ini akan menyediakan kebutuhan siswa secara lengkap, mulai dari tempat tinggal, makan, hingga perlengkapan sekolah, yang sepenuhnya ditanggung oleh negara.
Sekolah ini juga akan menyelenggarakan pendidikan dari tingkat SD, SMP, hingga SMA, dengan kurikulum yang mengacu pada standar pendidikan nasional. Tujuan utama dari Sekolah Rakyat ini adalah memberikan akses pendidikan kepada anak-anak yang terpinggirkan secara ekonomi, agar mereka bisa memiliki kesempatan yang lebih baik di masa depan.
Perbandingan dengan Sistem Pendidikan Saat Ini
Sekolah Rakyat zaman Belanda dapat dikatakan setara dengan sekolah dasar (SD) pada zaman sekarang, mengingat kurikulum yang diberikan terbatas pada pengajaran dasar yang lebih menitikberatkan pada keterampilan praktis. Di sisi lain, Sekolah Rakyat yang dirancang oleh pemerintah saat ini memiliki cakupan yang lebih luas, mencakup beberapa jenjang pendidikan, dan lebih menekankan pada akses pendidikan yang berkualitas, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja.
Pada masa penjajahan Jepang yang dimulai pada tahun 1942, sistem pendidikan Belanda diubah. Sekolah Rakyat yang sebelumnya berdurasi tiga tahun diperpanjang menjadi enam tahun, dan bahasa pengantar diubah dari Belanda ke bahasa Jepang. Namun, meskipun memiliki kekurangan dalam kualitas pendidikan, Sekolah Rakyat tetap memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, salah satunya adalah menurunnya angka buta huruf dan terbentuknya tenaga administrasi lokal, seperti kepala kampung dan juru tulis.
Sekolah Rakyat sebagai Bentuk Intervensi Sosial
Sekolah Rakyat masa kini diharapkan menjadi intervensi pendidikan yang signifikan bagi anak-anak dari keluarga miskin di Indonesia. Program ini bertujuan untuk memutus siklus kemiskinan dengan memberikan akses pendidikan yang setara bagi anak-anak yang kurang mampu. Meskipun program ini baru direncanakan dimulai pada tahun ajaran 2025–2026, banyak pihak yang berharap program ini dapat membawa dampak positif terhadap pendidikan anak-anak di daerah-daerah yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.
Kesimpulan: Harapan Baru bagi Anak-anak Indonesia
Sekolah Rakyat yang diusung oleh pemerintah saat ini adalah bentuk pembaruan yang dapat memberikan harapan baru bagi banyak anak dari keluarga miskin di Indonesia. Dengan memberikan akses pendidikan yang gratis dan setara, diharapkan akan muncul generasi yang lebih terdidik dan siap bersaing di dunia kerja. Program ini membawa nilai sosial yang tinggi, mengingat sasaran utamanya adalah mereka yang hidup dalam kondisi ekonomi paling rendah, yang selama ini kesulitan mengakses pendidikan berkualitas.
Dari segi sejarah, meskipun Sekolah Rakyat zaman Belanda lebih bersifat kolonial, konsep ini kini diubah menjadi alat untuk memperbaiki kesenjangan sosial melalui pendidikan. Ke depannya, Sekolah Rakyat diharapkan bisa menjadi pintu gerbang menuju masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak Indonesia. (*)