Perang Dagang AS–Cina Memanas, Indonesia Diingatkan Jangan Sekadar Jadi Penonton

Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.//Foto:Dok/Net.--

Radarlambar.bacakoran.co -Hubungan dagang Amerika Serikat dan Cina kembali memanas setelah tidak tercapai kesepakatan dalam negosiasi tarif. Presiden AS Donald Trump menetapkan tarif hingga 145% terhadap produk Cina, yang dibalas oleh Cina dengan tarif 125%. Hanay saja Pemerintah Cina secara tegas membantah adanya negosiasi tarif menuding AS menyebar kebingungan.

Ketegangan ini membawa ketidakpastian global yang berpotensi menjadi ancaman ekonomi internasional, namun di sisi lain juga membuka peluang strategis—terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia.

Peluang Relokasi Industri
Sejumlah ekonom menilai Indonesia bisa memanfaatkan konflik dagang ini untuk menarik relokasi industri dari Cina ke Indonesia. Ini bisa terjadi jika pemerintah mampu:

Memperbaiki regulasi dan birokrasi

Menjamin kepastian hukum dan kenyamanan investasi

Menyiapkan tenaga kerja kompetitif

Menindak impor ilegal dan pungli

“Momentum ini tidak akan bertahan lama. Indonesia harus gerak cepat hingga 2026,” ujar ekonom Universitas Andalas, Syafruddin Karimi.

Kritik: Jangan Terjebak Ilusi Investasi
Namun, tidak semua pihak sepakat. Ekonom Muhammad Andri Perdana menganggap wacana relokasi industri ini terlalu spekulatif. Ia menyebut, Cina kini lebih siap menghadapi perang tarif dan tidak tergantung pada pasar AS. Sebaliknya, ia mengingatkan agar Indonesia tidak gegabah memberikan konsesi kepada AS hanya demi harapan yang belum pasti.

Risiko: Banjir Produk Murah dari Cina
Ketegangan ini juga bisa memicu lonjakan masuknya produk murah asal Cina ke Indonesia. Jika tidak diantisipasi, ini bisa menekan industri lokal.

Direktur NEXT Indonesia, Christiantoko, menegaskan pentingnya menjaga pasar domestik melalui efisiensi biaya produksi dan distribusi, serta pemberantasan pungutan liar. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan