Buriticupu dan Fenomena Sinkhole: Ketika Bumi Menelan Kota

Ilustrasi. Foto: Google Image--
Radarlambar.bacakoran.co- Lubang misterius yang muncul tiba-tiba, dikenal sebagai sinkhole, kembali menjadi ancaman nyata bagi masyarakat dunia. Fenomena ini semakin sering terdengar belakangan ini, membawa dampak kehancuran dan rasa cemas di berbagai penjuru dunia.
Akhir 2024 lalu, sinkhole muncul di Busan, Korea Selatan, saat hujan deras membanjiri kota. Beberapa hari sebelumnya, dua kejadian serupa terjadi di Kuala Lumpur, Malaysia. Salah satunya bahkan menyebabkan seorang wisatawan hilang setelah terjatuh ke dalam lubang. Kini, perhatian dunia tertuju ke Kota Buriticupu, Brasil.
Terletak di ujung timur laut Amazon, Buriticupu tengah menghadapi situasi genting. Dalam beberapa minggu terakhir, lubang besar menganga semakin lebar di wilayah ini. Pemerintah kota pun menetapkan status darurat. Lebih dari seribu warga dari total sekitar 55 ribu jiwa terancam kehilangan tempat tinggal mereka. Rumah-rumah berada di ambang jurang yang terus meluas, menandakan bahwa kota ini perlahan-lahan sedang "ditelan" oleh bumi.
Dalam dokumen resmi pemerintah kota yang dikutip Reuters, disebutkan bahwa lubang-lubang runtuhan ini telah menghancurkan beberapa bangunan dan terus berkembang mendekati kawasan pemukiman. Fenomena ini sejatinya bukan hal baru bagi masyarakat Buriticupu, namun kali ini skalanya jauh lebih besar dan meresahkan.
Selama tiga dekade terakhir, tanah berpasir yang labil di kawasan ini kerap tergerus air hujan, menciptakan erosi yang dalam bahasa lokal Brasil disebut voçoroca, atau secara harfiah berarti "merobek bumi". Kondisi tersebut diperparah oleh alih fungsi lahan tanpa perencanaan, serta penggundulan hutan yang merusak stabilitas tanah.
Marcelino Farias, ahli geografi dari Universitas Federal Maranhao, menilai musim hujan yang sedang berlangsung mempercepat proses erosi. Warga pun mulai merasa was-was. Antonia dos Anjos, seorang penduduk yang telah tinggal selama 22 tahun di kota ini, mengungkapkan kekhawatirannya. Ia merasa seperti tinggal di atas perangkap tersembunyi yang sewaktu-waktu bisa terbuka dan menelan apapun di atasnya.
Lucas Conceicao, Sekretaris Pekerjaan Umum Buriticupu yang juga seorang insinyur, mengakui bahwa pemerintah kota tidak memiliki kapasitas penuh untuk menangani kompleksitas permasalahan ini. Ia menyebutkan bahwa solusi tidak hanya menyangkut teknis pengendalian erosi, tetapi juga relokasi penduduk dari wilayah rawan.
Fenomena sinkhole memang kerap menimbulkan ketakutan. Namun di sisi lain, beberapa *sinkhole* di dunia justru menjadi obyek penelitian dan daya tarik wisata karena keindahan serta keunikan geologisnya. Dari Xiao Tiankeng di Cina yang disebut sebagai “lubang surga” karena ukurannya yang masif, hingga The Great Blue Hole di Belize yang memesona para penyelam dunia.
Di Indonesia sendiri, peristiwa serupa sempat terjadi di Gianyar, Bali, pada tahun 2021. *Sinkhole* dengan kedalaman 50 meter menyebabkan kerusakan infrastruktur dan terganggunya aktivitas pariwisata.
Namun yang terjadi di Buriticupu mengingatkan kembali bahwa *sinkhole* bukan sekadar fenomena geologi. Ia adalah simbol dari bagaimana interaksi manusia dengan alam bisa membawa konsekuensi besar ketika keseimbangan terganggu. Jika tidak ditangani secara serius, kota-kota lain dengan kondisi serupa bisa saja menyusul nasib Buriticupu—hilang perlahan, ditelan bumi.(*)