Di tengah Lesunya Industri Nikel, Harita Nickel Bukukan Laba Rp1,66 Triliun

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel meraup laba bersih Rp1,66 triliun atau meningkat 19,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Foto- Harita Nickel. Foto Dok--

Radarlambar.bacakoran.co- Di tengah tantangan yang melanda industri nikel global akibat tren penurunan harga, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel justru mencatatkan kinerja positif. Perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi yang beroperasi di Halmahera Selatan, Maluku Utara ini berhasil meraih laba bersih sebesar Rp1,66 triliun sepanjang kuartal pertama 2025, meningkat 19,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di angka Rp1,39 triliun.

Capaian ini tidak terlepas dari strategi efisiensi yang diterapkan perusahaan secara menyeluruh. Salah satu langkah konkret adalah penyelesaian pembangunan smelter feronikel milik PT Karunia Permai Sentosa (KPS) pada Januari 2025. Smelter yang menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ini telah mencapai kapasitas penuh pada Maret, dan langsung berkontribusi pada produksi sebanyak 43.873 ton kandungan nikel dalam bentuk feronikel (FeNi).

Secara keseluruhan, Harita Nickel mencatat pendapatan sebesar Rp7,13 triliun selama tiga bulan pertama 2025. Dari sektor pertambangan bijih nikel, perusahaan membukukan volume penjualan sebesar 5,49 juta wet metric ton (wmt) kepada perusahaan afiliasi. Sementara dari lini bisnis High Pressure Acid Leaching (HPAL), perusahaan menghasilkan 30.263 ton kandungan nikel yang terdiri dari Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebanyak 19.837 ton dan Nikel Sulfat (NiSO₄) sebesar 10.426 ton.

Kendati industri nikel berada dalam tekanan akibat harga yang terus melemah selama dua tahun terakhir, Harita Nickel tetap menunjukkan ketahanan finansial. Harga nikel global yang dipatok sebesar US$15.078 per metrik ton pada 2025 merupakan yang terendah sejak 2020. Sebagai perbandingan, harga rata-rata pada 2024 masih berada di kisaran US$15.328 per metrik ton, turun 7,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Melihat kondisi ini, perusahaan memperkuat efisiensi operasional di seluruh unit bisnis. Salah satu inisiatif yang sedang berjalan adalah pembangunan pabrik quicklime atau kapur tohor. Fasilitas ini diharapkan mampu menurunkan biaya bahan pendukung untuk proses HPAL, sekaligus meningkatkan kemandirian dalam rantai pasok.

Di luar aspek efisiensi, Harita Nickel juga memperkuat komitmennya pada keberlanjutan. Perusahaan menuntaskan audit standar pertambangan internasional Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), menjadi yang pertama di Asia untuk perusahaan nikel terintegrasi. Sebelumnya, Harita juga telah menyelesaikan proses audit Responsible Minerals Assurance Process (RMAP) dari Responsible Minerals Initiative (RMI), menunjukkan keseriusan perusahaan dalam menjamin pengadaan mineral yang bertanggung jawab.

Langkah-langkah perlindungan lingkungan juga terus diperluas, salah satunya melalui penyelesaian Landscape Level Nature Risk Assessment (LNRA), yang digunakan untuk memperkuat pengelolaan lingkungan dan memastikan bahwa ekspansi ke wilayah konsesi baru dilakukan secara transparan dan berkelanjutan.

Dalam hal penggunaan energi, perusahaan mencatat peningkatan pemanfaatan sumber energi berkelanjutan sebesar hampir 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini memperlihatkan bahwa efisiensi dan keberlanjutan tidak hanya menjadi jargon, melainkan bagian integral dari strategi jangka panjang perusahaan.

Upaya untuk menekan emisi juga dilakukan melalui kegiatan restorasi lingkungan. Sepanjang tahun lalu, Harita Nickel bersama pemerintah daerah melakukan penanaman ribuan bibit bakau di Pulau Obi dan Kayoa, sebagai bagian dari rehabilitasi kawasan pesisir dan perlindungan ekosistem lokal.

Dengan kombinasi strategi efisiensi operasional, komitmen terhadap keberlanjutan, serta ketahanan menghadapi tekanan harga global, Harita Nickel memperlihatkan arah pengelolaan usaha yang berorientasi jangka panjang. Di tengah gejolak geopolitik dan ketatnya standar lingkungan global, perusahaan ini menyiapkan diri tidak hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk tumbuh secara berkelanjutan dalam industri nikel yang semakin kompetitif. *

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan