Kematian Tragis Anak Gajah di Malaysia Ungkap Masalah Serius Konflik Satwa dan Manusia

Ilustrasi AI Generator Image Gajah----
Radarlambar.bacakoran.co -Sebuah video menyayat hati tentang seekor anak gajah yang mati tertabrak truk di Malaysia, serta reaksi pilu induknya, menjadi viral di media sosial dan memicu gelombang emosi di Malaysia dan Indonesia. Peristiwa memilukan ini turut mengangkat kembali sorotan terhadap konflik antara manusia dan satwa liar, terutama akibat pembangunan infrastruktur di wilayah habitat alami hewan.
Organisasi lingkungan Rimba Watch mengecam pembangunan jalan tol di Malaysia yang dinilai membahayakan keanekaragaman hayati. Dalam pernyataannya yang dikutip oleh New Strait Times, mereka menyebut pembangunan tersebut telah mengganggu koridor alami satwa liar dan menyebabkan peningkatan risiko kecelakaan yang melibatkan hewan dilindungi.
Video Viral dan Kronologi Kejadian
Video yang menyebar luas di media sosial sejak Minggu (11 Mei 2025) menunjukkan seekor induk gajah berdiri di depan sebuah truk putih yang rusak parah di bagian depan di jalan tol negara bagian Perak. Dalam video berlatar langit malam itu, anak gajah tidak langsung terlihat, namun potongan video lain menunjukkan jasad anak gajah tergeletak di bawah truk.
Kepolisian menyatakan insiden terjadi pada pukul 02.50 dini hari di Kilometer 80 Jalan Raya Timur-Barat (Gerik-Jeli). Pengemudi truk berusia 28 tahun yang tengah mengangkut ternak unggas mengaku pandangannya terhalang kabut ketika anak gajah tiba-tiba melintas.
Sang induk gajah terlihat berupaya mendorong truk, tampak tak rela meninggalkan anaknya yang sudah tak bernyawa. Akhirnya, petugas harus membius induk gajah untuk memindahkannya dari jalan. Bangkai anak gajah baru dapat dievakuasi dan dikuburkan pada hari Senin pukul 11.00 waktu setempat.
Reaksi Publik dan Pemerintah
Media sosial dipenuhi ungkapan duka dan simpati. Salah satu unggahan menyebut, “Pada Hari Ibu Sedunia ini, seekor induk gajah di Gerik kehilangan anaknya,” yang telah dibagikan ribuan kali.
Menteri Sumber Daya Alam dan Kelestarian Alam Malaysia, Nik Nazmi, menyebut peristiwa ini menyentuh hati publik dan mengungkap bahwa lokasi kecelakaan termasuk area dengan tingkat konflik manusia-satwa liar yang tinggi. Ia mengutip studi tahun 2016 yang menunjukkan penurunan 68 persen habitat gajah akibat ekspansi lahan untuk pertanian, perkebunan, dan infrastruktur.
Menurut Departemen Konservasi Satwa Liar Malaysia, dalam kurun 2020–2024 terdapat hampir 5.000 laporan konflik manusia-gajah, dengan kerugian ekonomi mencapai sekitar 39,4 juta ringgit atau Rp151 miliar. Delapan gajah mati akibat kecelakaan lalu lintas dalam lima tahun terakhir, tiga di antaranya terjadi tahun ini.
Sebagai tanggapan, Nazmi mengusulkan pembangunan pos pemantauan, pagar listrik, dan penerangan tambahan di beberapa titik jalan tol untuk mencegah kejadian serupa.
Desakan untuk Perlindungan Satwa Liar
Kematian anak gajah ini juga membuka diskusi lebih luas mengenai dampak pembangunan terhadap satwa liar. Rimba Watch menegaskan bahwa pembangunan jalan raya yang melintasi kawasan konservasi telah mengakibatkan deforestasi, fragmentasi habitat, dan meningkatnya risiko perburuan serta konflik manusia-hewan.
Mereka menyuarakan seruan agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk melindungi spesies-spesies yang tersisa di alam liar Malaysia, seperti gajah, harimau, tapir, dan macan kumbang, yang kerap terdampak oleh proyek-proyek infrastruktur. (*)