Fenomena Udara Dingin dan Kering, BMKG: Pertanda Kemarau Mulai

Badan Meteoroligi, Klimatoligi dan Geofisika (BMKG)-Foto Dok/Net -
Radarlambar.nacakoran.co – Citra satelit yang menampilkan pergerakan massa udara dingin dan kering menuju wilayah Indonesia, khususnya Pulau Jawa, tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet. Ramainya unggahan yang menyoroti fenomena tersebut memunculkan beragam spekulasi, terutama soal tanda-tanda datangnya musim kemarau.
Sebagian warganet menyebut kondisi cuaca akhir-akhir ini sebagai kemarau basah. Ada pula yang merasa bingung karena hujan masih mengguyur sejumlah wilayah, sementara daerah lain mulai merasakan udara dingin pada malam hari.
Di tengah berbagai asumsi publik tersebut, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan ilmiah terkait citra satelit yang ramai dibicarakan. Berdasarkan pantauan lembaga tersebut, memang terdeteksi adanya aliran udara kering yang berasal dari wilayah selatan Samudra Hindia. Massa udara ini didorong oleh angin monsun Australia yang kini mulai aktif, setelah sebelumnya bibit siklon yang berada di timur Australia tidak lagi berkembang.
Angin monsun dari Australia membawa serta udara dingin dan kering, lalu bergerak ke arah utara dan mulai masuk ke wilayah daratan Indonesia. Fenomena ini menjadi ciri umum menjelang musim kemarau, yang memang secara klimatologis terjadi setiap pertengahan tahun.
BMKG mencatat, berdasarkan analisis curah hujan, sebagian besar wilayah di Pulau Jawa diperkirakan akan mulai memasuki musim kemarau pada Juni 2025. Meskipun begitu, hal ini tidak serta-merta membuat hujan berhenti total. Musim kemarau secara teknis ditandai dengan curah hujan kurang dari 50 mm dalam satu dasarian (10 hari), dan kondisi ini harus terjadi tiga dasarian berturut-turut.
Pada tahun ini, musim kemarau di Indonesia diperkirakan akan bersifat "atas normal", artinya curah hujan masih tetap bisa turun meskipun sedang berada di masa kemarau. Intensitas hujan pun diperkirakan bisa lebih tinggi dari biasanya, terutama di sejumlah wilayah yang tergolong dalam Zona Musim (ZOM) tertentu.
Sementara itu, berkaitan dengan suhu dingin yang mulai dirasakan sebagian masyarakat, BMKG menyatakan bahwa secara teknis fenomena bediding—yakni udara yang terasa sangat dingin pada malam hingga pagi hari di musim kemarau—belum benar-benar muncul. Hal ini dibuktikan dengan data suhu minimum di berbagai stasiun cuaca di Pulau Jawa yang masih berada di kisaran 24 hingga 25 derajat Celsius. Artinya, suhu saat ini masih tergolong normal dan belum menunjukkan penurunan ekstrem yang menjadi ciri khas puncak kemarau.
Meski begitu, pergerakan udara dingin yang mulai masuk ini tetap menjadi sinyal awal bahwa transisi musim sedang berlangsung. Dalam beberapa pekan ke depan, masyarakat diimbau untuk mulai bersiap menghadapi perubahan cuaca, terutama petani dan pelaku usaha yang bergantung pada kondisi iklim.
Dengan masuknya massa udara kering dan dingin ini, musim kemarau 2025 diprediksi akan segera dimulai. Masyarakat pun diharapkan tetap waspada terhadap kemungkinan perubahan cuaca ekstrem yang bisa saja muncul di masa transisi ini. (*)