Kuburan Anjing dan Kucing di Permukiman Kota Malang Picu Keresahan Warga

Manfaat positif memelihara kucing. Foto Freepik--
Radarlambar.bacakoran.co -Di tengah padatnya permukiman warga di Jalan Joyo Agung II, Kelurahan Tlogomas, Kota Malang, tersimpan sebuah kisah tak biasa. Selama lebih dari dua tahun terakhir, sebuah lahan kosong di sana diam-diam menjelma menjadi kuburan hewan, terutama anjing dan kucing. Jumlahnya bukan sedikit—lebih dari 130 makam kecil berdiri rapi, beberapa bahkan dilengkapi nisan layaknya kuburan manusia.
Awalnya, tak banyak yang memperhatikan. Hanya satu-dua hewan yang dimakamkan. Tapi seiring waktu, aktivitas pemakaman itu kian intens. Warga mulai resah, terutama karena tidak ada pemberitahuan resmi, apalagi izin dari pihak terkait. Lokasinya yang berada di dekat panti asuhan, masjid, dan permukiman padat menjadikan situasi ini kian pelik.
Warga mencatat, kendaraan mirip ambulans sering terlihat datang diam-diam, membawa bangkai hewan yang akan dikubur. Di satu sisi, mungkin niatnya baik—memberi peristirahatan terakhir bagi hewan kesayangan. Tapi di sisi lain, muncul berbagai dampak yang mengganggu lingkungan sekitar: bau tak sedap, air genangan yang merembes ke tempat ibadah, hingga lalat yang datang berkerumun.
Situasi makin membingungkan karena warga dan pengurus lingkungan setempat—dari RT hingga RW—mengaku tak pernah diajak bicara soal kegiatan ini. Tak ada surat, tak ada sosialisasi. Setelah ditelusuri, lahan itu ternyata disewakan oleh cucu pemilik tanah kepada seseorang yang diduga dokter hewan dari salah satu perguruan tinggi negeri di Malang.
Yang membuat warga semakin gelisah, lokasi kuburan itu berada sangat dekat dengan tempat wudhu masjid. Bahkan, anak-anak panti asuhan yang tak tahu-menahu sempat bermain di area tersebut karena tak ada pagar pembatas. Ini bukan sekadar soal estetika atau kenyamanan visual, tapi juga menyangkut kesehatan, etika, dan tata ruang wilayah.
Akhirnya, keresahan warga sampai juga ke telinga Lurah Tlogomas. Setelah dilakukan peninjauan, pihak kelurahan menghubungi pengelola yang disebut-sebut sebagai dokter hewan. Aktivitas pemakaman pun dihentikan sementara sejak awal Mei 2025, sembari menunggu hasil mediasi antara warga dan pihak pengelola.
Kini, warga hanya berharap agar aktivitas serupa tak dilanjutkan, atau setidaknya dipindahkan ke lokasi yang lebih tepat. Kuburan hewan mungkin saja penting bagi sebagian orang, tapi penempatannya tak bisa sembarangan—apalagi di tengah kawasan padat yang dihuni banyak keluarga dan anak-anak.