DKPP Minta Perhatian Serius, Sawah Tadah Hujan di Pesbar Capai 3.848 Hektare

DKPP Pesisir Barat, mencatat lahan sawah tadah hujan di seluruh Kecamatan mencapai 3.484 hektare. -Foto _ yayan-

Radarlambar.Bacakoran.co - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar) mencatat, hingga pertengahan tahun ini total luas lahan sawah yang tersebar di seluruh wilayah kecama-tan di Pesbar, kecuali Kecamatan Pulau Pisang, telah mencapai 7.966 hektare. Dari total luas tersebut, sekitar 4.118 hektare merupakan lahan sawah irigasi, sementara sisanya, seluas 3.848 hektare, merupakan lahan sawah tadah hujan.

Data itu menunjukkan bahwa lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Pesbar memiliki proporsi yang cukup besar dan hampir sebanding dengan luas lahan sawah irigasi. Hal ini menjadi perhatian serius DKPP, mengingat sawah tadah hujan sangat bergantung pada kondisi cuaca, khu-susnya pada ketersediaan air saat musim hujan. Saat kemarau melanda, lahan ini kerap menghadapi kendala kekeringan yang berdampak lang-sung pada produktivitas tanaman padi.

Kepala DKPP Kabupaten Pesbar, Unzir, S.P., menegaskan jika keberadaan lahan sawah tadah hujan harus mendapat perhatian khusus dari semua pihak, terutama dalam upaya menjaga produktivitas pertanian di wilayah itu. Jika melihat luasnya lahan sawah tadah hujan yang hampir menyamai lahan sawah irigasi, maka ini bukan hal yang bisa dianggap sepele.

“Sebaliknya, hal ini justru harus menjadi fokus kita bersama untuk me-mastikan produktivitas lahan tetap terjaga, khususnya dalam menghadapi musim kemarau,” katanya.

Menurutnya, ketergantungan sawah tadah hujan terhadap air hujan men-jadikan lahan ini sangat rentan terhadap perubahan musim. Ketika musim kemarau datang dan curah hujan sangat minim, suplai air ke lahan sawah otomatis akan terganggu. Jika tidak ditangani dengan langkah antisipatif, maka hasil produksi padi bisa menurun drastis, bahkan terancam gagal panen.

“Masalah utama pada lahan sawah tadah hujan adalah tidak stabilnya ketersediaan air. Karena itu, penting bagi petani dan semua pihak terkait untuk mencari solusi yang berkelanjutan agar kebutuhan air tetap bisa terpenuhi, meskipun di musim kemarau,” jelasnya.

Dikatakannya, sejumlah langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan kekurangan air di lahan sawah tadah hujan antara lain dengan memanfaatkan sumber air alternatif yang masih tersedia, seperti embung, sungai kecil, maupun sumur dangkal. Selain itu, penggunaan pompa air secara maksimal juga dinilai efektif dalam menyuplai air ke lahan yang membutuhkan.

“Karena itu, diharapkan untuk dapat menjadi perhatian bersama sebagai antisipasi terjadinya kendala terhadap tanaman padi yang ada di lahan sawah terutama sawah tadah hujan,” ujarnya.

Menjelang musim kemarau tahun ini, pihak DKPP juga telah mengimbau para petani agar melakukan percepatan masa tanam. Dengan strategi ter-sebut, diharapkan tanaman padi sudah mencapai tahap yang relatif kuat saat kemarau datang, sehingga risiko gagal panen dapat diminimalkan.

“Sebagian besar petani kita sudah melakukan percepatan masa tanam pa-da musim tanam gadu tahun ini. Ini langkah yang tepat, tapi tetap harus dibarengi dengan pengelolaan air yang optimal,” jelasnya.

Lebih lanjut, Unzir merinci sebaran lahan sawah di beberapa kecamatan yang memiliki potensi cukup besar. Di Kecamatan Bangkunat, misalnya, terdapat total lahan sawah seluas 1.433 hektare. Dari jumlah tersebut, la-han sawah tadah hujan mendominasi dengan luas mencapai 1.265 hektare, sedangkan sawah irigasi hanya sekitar 168 hektare. Ini menun-jukkan bahwa mayoritas lahan pertanian di kecamatan ini masih sangat bergantung pada curah hujan.

Kondisi serupa juga ditemukan di Kecamatan Ngambur yang memiliki to-tal lahan sawah seluas 1.859 hektare. Sebanyak 1.216 hektare di an-taranya merupakan sawah irigasi, sedangkan 643 hektare lainnya adalah sawah tadah hujan. Sementara itu, di Kecamatan Pesisir Selatan, dari total 2.349 hektare lahan sawah, terdapat 1.445 hektare sawah irigasi dan 904 hektare sawah tadah hujan.

“Setiap kecamatan memiliki karakteristik pertanian yang berbeda, namun secara umum, lahan sawah tadah hujan tersebar merata dan jumlahnya cukup besar. Ini potensi sekaligus tantangan yang harus kita kelola dengan bijak,” tandasnya. (yayan/*) 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan