Harga Kopi Terus Rontok, Petani Gelisah di Tengah Panen

Ilustrasi Harga Kopi-----

AIRHITAM – Harga kopi robusta di Lampung Barat terus meluncur turun. Memasuki pertengahan Juni 2025, harga jual di tingkat petani terperosok di kisaran Rp58 ribu hingga Rp62 ribu per kilogram. Padahal, saat awal panen Mei lalu, sempat menyentuh angka Rp76 ribu.

Penurunan harga ini bikin petani waswas. Di tengah semangat panen, muncul kegelisahan. Sebab, pendapatan yang mereka harapkan justru terancam tak sesuai harapan.

"Dari tahun ke tahun selalu begitu. Pas butuh biaya sekolah, harga kopi malah turun," keluh Edi, petani kopi di Airhitam, kemarin (8/6/2025).

Dari penelusuran Radar Lambar, penurunan harga tak lepas dari faktor eksternal. Panen raya di Brasil dan Vietnam bikin stok global melimpah. Persaingan di pasar ekspor makin ketat. Harga tertekan.

Belum lagi tumpukan stok di gudang eksportir. Aliran komoditas ke luar negeri jadi seret. Dampaknya? Harga di petani ikut anjlok.

"Pasokan besar dari luar, sementara permintaan menurun. Kondisi seperti ini sudah kami prediksi," ujar Husain, SIP., salah satu pelaku usaha kopi di Airhitam.

Meski begitu, harapan belum pupus. Sejumlah pelaku usaha yakin pasar akan kembali membaik. Apalagi, robusta Lampung dikenal punya karakter rasa kuat dan jadi incaran pasar luar negeri.

Namun, kondisi di lapangan makin berat. Cuaca tak bersahabat sejak awal tahun. Hujan berkepanjangan bikin banyak buah kopi rontok sebelum matang.

"Panen turun, harga turun. Lengkap sudah," kata Sutarmi, petani lainnya.

Petani berharap ada langkah nyata dari pemerintah. Intervensi harga dianggap perlu agar tidak terus terjun bebas. Harga ideal di mata petani ada di kisaran Rp60 ribu per kilogram. Di bawah itu, mereka mulai megap-megap.

Pemerintah daerah diminta hadir. Bukan cuma soal harga, tapi juga urusan distribusi, stok, dan ekspor. Sebab bagi petani, kopi bukan sekadar komoditas. Ia adalah napas hidup. (rinto/nopri)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan