AI Bisa Prediksi Kepribadian dari Wajah, Tapi Jangan Langsung Percaya

Ilustrasi AI. Foto-Net--

Radarlambar.bacakoran.co- Kecerdasan buatan (AI) semakin menunjukkan kemampuan yang mengejutkan. Salah satu studi terbaru yang dilakukan oleh para akademisi dari Yale School of Management dan sejumlah universitas ternama di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa ekspresi wajah seseorang bisa dianalisis AI untuk memprediksi kepribadiannya. Penelitian ini melibatkan 96 ribu lulusan program MBA dari berbagai sekolah bisnis terkemuka.

Analisis dilakukan dengan menggabungkan foto profil LinkedIn para partisipan dengan data tambahan yang tersedia di platform tersebut. Hasilnya, AI mampu mengenali ciri-ciri kepribadian tertentu, bahkan memproyeksikan pendapatan yang diperoleh seseorang setelah lulus. Temuan ini membuka wacana baru mengenai hubungan antara ekspresi wajah, karakter personal, dan capaian di dunia kerja.

Namun, peneliti utama Kelly Shue dari Yale menekankan bahwa hasil ini tidak serta-merta dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rekrutmen atau seleksi sosial. Ia menjelaskan bahwa AI memang dapat mendeteksi kecenderungan perilaku tertentu melalui ekspresi wajah, namun tidak selalu akurat karena kepribadian seseorang tidak sepenuhnya tercermin dari penampilan luarnya saja.

Shue mencontohkan, keramahan yang tampak pada wajah pria sering kali dikaitkan dengan performa akademik yang lebih baik, sementara pada perempuan justru memiliki korelasi negatif. Begitu pula dengan kesan kehati-hatian yang ternyata memengaruhi prediksi penghasilan awal secara positif bagi kedua gender, tetapi pertumbuhan pendapatan lebih cepat terjadi pada pria dibandingkan wanita.

Peneliti juga mengingatkan bahwa penggunaan AI dalam konteks penyaringan tenaga kerja atau bahkan aplikasi kencan daring bisa menimbulkan dilema etis. Ada kekhawatiran bahwa orang akan mengubah penampilan mereka secara digital atau bahkan melalui prosedur kosmetik untuk menyesuaikan citra kepribadian yang dianggap ideal oleh sistem berbasis AI.

Temuan ini seolah menjadi peringatan bahwa meskipun AI mampu menganalisis data secara masif dan presisi, teknologi tersebut belum sepenuhnya bisa memahami kompleksitas manusia. Di tengah kecanggihan inovasi, tetap diperlukan kehati-hatian dalam menggunakannya agar tidak menciptakan diskriminasi berbasis penampilan yang sebenarnya tidak mencerminkan kualitas diri seseorang secara menyeluruh.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan