Indonesia Negara Nomor 1 Pakai AI se-Asia Tenggara, Begini Dampaknya

Menkomdigi Meutya Hafid. -Foto Kominfo-
Radarlambar.bacakoran.co-Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menyoroti potensi strategis Indonesia dalam memimpin pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan data terbaru, tingkat adopsi AI di Asia Tenggara telah mencapai 65%, dengan Indonesia sebagai kontributor utama berkat populasi dan jumlah pengguna internet yang besar.
Pemanfaatan teknologi AI di Indonesia kini telah meluas ke berbagai sektor, termasuk birokrasi pemerintahan. Salah satu penerapan utamanya adalah dalam sistem deteksi konten digital, yang digunakan untuk mengidentifikasi hoaks dan konten berbahaya secara otomatis. Hal ini dinilai krusial dalam menjaga ketertiban ruang digital nasional.
Di sektor kesehatan, AI memainkan peran penting dalam meningkatkan akurasi diagnosis melalui radiologi dan analisis topologi. Teknologi ini mampu membantu tenaga medis dalam mengidentifikasi penyakit secara lebih cepat dan tepat, serta mendukung layanan kesehatan di wilayah terpencil yang kekurangan tenaga ahli.
Data dari McKinsey menunjukkan bahwa 92% pekerja terampil di Indonesia telah menggunakan AI generatif dalam aktivitas profesional mereka. Angka ini melampaui rata-rata penggunaan AI global sebesar 75%, bahkan melebihi tingkat adopsi di Asia Pasifik yang berada di angka 82%. Hal ini mencerminkan tingginya adaptasi dan kesiapan talenta digital Indonesia dalam mengadopsi teknologi baru.
Studi Stanford University juga memperkirakan bahwa implementasi AI yang efektif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga menyumbang 12% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dalam beberapa tahun ke depan. Potensi ini membuat AI menjadi salah satu pilar penting dalam transformasi ekonomi nasional.
Kementerian Komunikasi dan Digital telah menetapkan lima sektor prioritas dalam pengembangan ekosistem AI di Indonesia. Kelima sektor tersebut meliputi layanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan talenta digital, pengembangan kota cerdas (smart city), dan ketahanan pangan.
Untuk mewujudkan ekosistem AI yang berkelanjutan, pemerintah menerapkan pendekatan berbasis tiga pilar utama: kebijakan yang adaptif, pengembangan sumber daya manusia digital, serta ketersediaan platform teknologi yang mendukung inovasi. Upaya ini diharapkan mampu memperkuat daya saing Indonesia di tingkat regional maupun global dalam bidang kecerdasan buatan.(*)