Serangan Iran ke Pangkalan AS di Qatar Berujung Gencatan Senjata dengan Israel

Pangkalan Militer Taji Diserang Drone Misterius Sistem Radar Jadi Target, Ketegangan Regional Meningkat. Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co -Pada Senin, 23 Juni 2025, Iran meluncurkan serangan ke Pangkalan Udara Al Udeid milik Amerika Serikat yang terletak di Qatar. Serangan ini mengejutkan banyak pihak, tetapi tidak direspons secara militer baik oleh Amerika Serikat maupun Qatar. Justru, sehari setelahnya, Iran dan Israel menyepakati gencatan senjata, menandai pergeseran dramatis dalam eskalasi konflik yang sebelumnya memanas.
Rangkaian peristiwa ini bermula dari upaya diplomatik tingkat tinggi di Qatar. Sejumlah pejabat senior negara itu berkonsultasi dengan Perdana Menteri Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani untuk mencari solusi atas ketegangan yang meningkat antara Iran dan Israel. Ketegangan tersebut mencapai puncaknya setelah Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran sehari sebelumnya.
Pada Senin sore, sistem pertahanan Qatar mendeteksi aktivitas rudal yang melintas di Teluk Arab. Rudal-rudal itu dipastikan berasal dari Iran dan diarahkan ke wilayah Qatar. Hal ini memicu kekhawatiran besar bahwa negara-negara Teluk, khususnya Qatar, dapat menjadi korban konflik terbuka antara dua kekuatan besar di kawasan: Iran dan Israel.
Sejumlah negara tetangga, seperti Bahrain dan Kuwait, segera mengambil langkah antisipatif. Bahrain menghimbau warga untuk menjauhi jalan-jalan utama, sementara Kuwait mengaktifkan tempat perlindungan darurat di fasilitas-fasilitas pentingnya. Di Uni Emirat Arab, warga mulai memesan penerbangan keluar dari negara itu dan melakukan pembelian logistik dalam jumlah besar.
Doha sendiri menjadi kota yang paling waspada. Warga asing, khususnya dari Amerika Serikat dan Inggris, diarahkan untuk mencari perlindungan. Pemerintah Qatar bahkan mengevakuasi personel militer AS dari Pangkalan Al Udeid. Informasi intelijen dan radar peringatan dini Qatar menunjukkan bahwa rudal-rudal Iran tengah mengarah ke pangkalan tersebut, dengan konfirmasi datang kurang dari satu jam sebelum serangan terjadi.
Sekitar pukul 19.00 waktu setempat, rudal-rudal Iran mulai menghampiri wilayah Qatar. Sebanyak 19 rudal ditembakkan, dan angkatan bersenjata Qatar segera mengerahkan 300 personel serta mengaktifkan sistem pertahanan udara Patriot di dua lokasi. Tujuh rudal berhasil dicegat di atas Teluk Persia, sementara sebelas lainnya dihentikan di udara sekitar Doha tanpa menyebabkan kerusakan. Satu rudal mendarat di area kosong pangkalan dan hanya menimbulkan kerusakan ringan.
Pemerintah Qatar menyatakan bahwa mereka tidak menerima peringatan langsung dari Iran mengenai serangan tersebut. Namun demikian, mereka telah mendapatkan informasi dari mitra-mitra internasional bahwa pangkalan AS dapat menjadi sasaran. Iran kemudian menyampaikan bahwa serangan tersebut bukan ditujukan kepada Qatar sebagai negara, melainkan kepada fasilitas militer AS yang berada di wilayahnya.
Beberapa jam setelah serangan, Amerika Serikat menghubungi Qatar. Presiden AS saat itu menyampaikan bahwa Israel bersedia menerima gencatan senjata, dan meminta Qatar menyampaikan pesan tersebut kepada Iran. Doha pun mengambil peran sebagai mediator dan mengatur jalur komunikasi antara Iran dan pihak-pihak yang terlibat.
Dalam waktu singkat, kesepakatan gencatan senjata berhasil diraih. Qatar memainkan peran penting dalam negosiasi tersebut, dengan diplomat seniornya berbicara langsung kepada para pemimpin Iran dan Amerika Serikat. Meskipun ada opsi untuk membalas serangan, Qatar memilih jalan diplomasi dan mendukung momentum menuju perdamaian yang selama dua tahun terakhir terasa mustahil. (*)