Meski Diserang AS dan Israel, Iran Masih Mampu Lanjutkan Pengayaan Uranium

Foto: Infografis/ 5 Negara dengan Cadangan Uranium Terbesar di Dunia, Ada Tetangga RI/ CNBC--

Radarlambar.bacakoran.co -Meskipun sejumlah fasilitas nuklir Iran mengalami kerusakan berat akibat serangan yang dilancarkan Amerika Serikat dan Israel, negara tersebut masih memiliki kapasitas untuk melanjutkan pengayaan uranium dalam waktu dekat. Hal ini diungkapkan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) berdasarkan penilaian terbaru terhadap situasi di lapangan.

Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, menyampaikan bahwa situs-situs penting seperti Fordo, Natanz, dan Isfahan mengalami dampak serius dari serangan tersebut. Kendati demikian, sebagian infrastruktur masih dapat digunakan, dan Iran dinilai tetap memiliki kemampuan teknis untuk mengaktifkan kembali pengayaan uranium hanya dalam hitungan bulan.

Sebelumnya, Amerika Serikat mengklaim telah menghancurkan fasilitas-fasilitas utama milik Iran melalui serangan udara yang dilakukan pada Minggu, 22 Juni 2025. Tiga situs strategis menjadi target utama, yakni Natanz dan Fordo—dua fasilitas pengayaan uranium bawah tanah—serta Isfahan, yang diyakini sebagai tempat penyimpanan uranium berkadar tinggi. Serangan ini dilakukan dengan mengerahkan tujuh pesawat pembom B-2 dan menjatuhkan belasan rudal penghancur bunker GBU-57 yang masing-masing berbobot 13 ton.

Selain itu, Israel juga sempat menyerang Natanz beberapa hari sebelumnya, saat perang Iran-Israel memasuki hari pertama.

Meskipun kerusakan dilaporkan cukup luas, hasil analisis intelijen menyatakan bahwa serangan itu hanya menghambat program nuklir Iran selama beberapa bulan, bukan secara permanen. Iran dinilai masih memiliki centrifuge dan infrastruktur yang memungkinkan untuk kembali memproduksi uranium yang diperkaya, walaupun secara terbatas.

Pihak IAEA menyatakan keinginan untuk kembali mengakses lokasi-lokasi yang terdampak guna melakukan penilaian lebih lanjut terhadap aktivitas yang sedang atau mungkin dilakukan Iran. Misi ini tidak hanya bertujuan untuk mengevaluasi kerusakan, tetapi juga untuk memulihkan pemahaman atas aktivitas nuklir dan inventarisasi bahan yang mungkin masih dimiliki Iran.

Namun, upaya tersebut menghadapi tantangan. Pemerintah Iran, melalui Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, menyatakan bahwa permintaan IAEA untuk mengakses lokasi yang dibom dinilai tidak relevan dan bahkan bisa dianggap sebagai upaya bermuatan politis.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim bahwa operasi militer yang dilakukan telah menghancurkan fasilitas utama Iran, termasuk Fordo yang disebutnya “sudah lenyap”.

Dengan masih adanya kapasitas teknis dan sisa infrastruktur, serta belum dimulainya kembali negosiasi internasional terkait program nuklir Iran, situasi ini menandakan bahwa ketegangan dan ketidakpastian di kawasan masih tinggi. (*)



Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan