Trump Ancam Deportasi Zohran Mamdani, Picu Gelombang Kecaman di Seluruh AS

Donal Trump--
Radarlambar.bacakoran.co -Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi sorotan setelah menyampaikan ancaman akan menangkap dan mendeportasi Zohran Mamdani, kandidat Wali Kota New York dari Partai Demokrat. Ancaman ini dilontarkan dalam kunjungan Trump ke fasilitas penahanan migran di Florida, menyusul pernyataannya yang menuding Mamdani sebagai imigran ilegal dan menolak kerja aparat imigrasi federal, ICE (Immigration and Customs Enforcement).
Pernyataan Trump disampaikan tak lama setelah Mamdani secara resmi memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Demokrat, menyingkirkan nama besar seperti mantan Gubernur Andrew Cuomo. Dukungan luas dari tokoh progresif seperti Bernie Sanders dan Alexandria Ocasio-Cortez turut memperkuat posisi politik Mamdani menjelang pemilu wali kota mendatang.
Trump menyampaikan bahwa Mamdani merupakan ancaman karena pandangan politiknya yang dinilai radikal, termasuk penolakan terhadap penggusuran imigran, usulan transportasi umum gratis, pembatasan kenaikan sewa, dan rencana pendirian toko grosir milik pemerintah kota. Ia juga menyebut Mamdani sebagai seorang komunis dan mempertanyakan status kewarganegaraannya—padahal Mamdani telah menjadi warga negara AS secara sah sejak 2018 setelah pindah ke Amerika Serikat pada usia tujuh tahun.
Pernyataan Trump ini segera menuai reaksi keras dari berbagai pihak. Gubernur New York, Kathy Hochul, secara terbuka menolak ancaman tersebut dan menyatakan bahwa tindakan semacam itu adalah pelanggaran terhadap hukum dan prinsip demokrasi. Ia menegaskan bahwa warga New York tidak akan tinggal diam jika salah satu warganya diancam secara sewenang-wenang.
Ancaman terhadap Mamdani dianggap sebagai kelanjutan dari retorika anti-imigran yang telah menjadi ciri khas Trump sejak kampanye pertamanya. Sepanjang karier politiknya, ia pernah mempertanyakan tempat lahir Barack Obama dan kewarganegaraan Kamala Harris serta Nikki Haley. Langkah-langkah kontroversial seperti kebijakan deportasi massal dan razia ICE sebelumnya juga telah memicu protes besar di sejumlah kota besar Amerika.
Dukungan terhadap Mamdani justru menguat setelah insiden ini. Sejumlah demonstrasi digelar di berbagai wilayah, termasuk New York dan Los Angeles, untuk menolak penggunaan kekuasaan federal guna membungkam suara politik dari komunitas imigran.
Mamdani sendiri menanggapi ancaman tersebut dengan sikap tegas. Ia menilai bahwa tindakan Trump bukan hanya bentuk serangan pribadi, tetapi juga bentuk ancaman terhadap demokrasi dan hak warga negara untuk bersuara. Menurutnya, intimidasi ini mencerminkan ketakutan terhadap gerakan yang memperjuangkan keadilan sosial dan perlindungan terhadap kelompok rentan.