Harga Anjlok, Wortel Petani Berakhir di Tempat Sampah

Petani sayuran di Kecamatan Balikbukit, Kabupaten Lampung Barat, mengeluhkan anjloknya harga wortel yang hanya dihargai Rp250 perkilo. Foto Dok--

Radarlambar.bacakoran.co — Petani hortikultura atau sayuran di Kecamatan Balikbukit, Kabupaten Lampung Barat, menjerit akibat anjloknya harga wortel yang kini hanya dihargai Rp250 per kilogram. 

Akibatnya, banyak petani maupun agen sayur lebih memilih membuang hasil panen mereka ke tempat sampah ketimbang menjualnya dengan harga yang tidak sebanding dengan biaya produksi.

Di tengah lesunya pasar, kondisi ini menjadi ironi di wilayah yang dikenal sebagai salah satu sentra sayuran di Lampung Barat. Hasil panen yang seharusnya menjadi harapan petani untuk menutup modal tanam justru berakhir tak bernilai.

Wardi, seorang petani asal Pekon Sukarame yang juga turut terdampak, menyampaikan bahwa harga jual wortel saat ini sudah tidak masuk akal.

“Hasil panen hanya dihargai Rp250 per kilo, sedangkan biaya tanam, pupuk, tenaga kerja, hingga pengangkutan jauh lebih besar. Kalau dijual pun rugi. Akhirnya kami buang, atau kalau ada warga yang mau buat pakan sapi atau kambing, silakan ambil,” kata Wardi, Kamis (3/7/2025).

Hal serupa disampaikan Heri, petani lainnya di wilayah yang sama. Ia mengaku sudah dua musim tanam terakhir menanggung kerugian. Bahkan sebagian besar petani di Pekon Bahway, menurutnya, mulai enggan kembali menanam wortel jika situasi harga tidak membaik.

“Kami ini hidup dari bertani. Kalau hasil panen enggak laku dan malah dibuang, bagaimana kami mau lanjut tanam lagi? Sekarang tinggal pasrah,” ujarnya.

Turunnya harga wortel secara drastis disebut-sebut karena banjirnya pasokan di tingkat pengepul sementara permintaan pasar tidak seimbang. Minimnya akses ke pasar besar dan belum optimalnya jalur distribusi juga memperburuk keadaan.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada upaya konkret dari Pemerintah Kabupaten Lampung Barat melalui OPD terkait untuk menanggulangi kondisi ini. Tidak ada intervensi harga, penyerapan hasil panen melalui program pemerintah, atau pembukaan akses pasar baru yang bisa menjadi solusi jangka pendek.

Fenomena anjloknya harga hasil pertanian ini bukan yang pertama kali terjadi di Lampung Barat. Namun, situasi tahun ini dinilai petani sebagai yang terparah dalam lima tahun terakhir. Mereka berharap adanya perhatian dari pemerintah daerah agar komoditas pertanian tidak terus-menerus menjadi korban ketidakseimbangan pasar. (edi/lusiana)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan