Tarif 19 Persen Amerika Tak Ganggu Pasokan Gandum Nasional

Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas), Agus Andrianto, melakukan kunjungan kerja ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Garut. Foto Istimewa--
Komitmen ini juga merupakan kelanjutan dari tren positif perdagangan antara kedua negara. Dalam lima tahun terakhir, volume impor gandum dari Amerika ke Indonesia rata-rata mencapai 500.000 metrik ton per tahun, dengan puncaknya pada musim pemasaran 2024/2025 mencapai hampir 800.000 metrik ton.
Pasar Terbuka, Permintaan Meningkat
Industri pengolahan tepung terigu di Indonesia berkembang pesat dalam satu dekade terakhir. Konsumsi gandum untuk keperluan pangan meningkat hingga 22 persen, seiring bertumbuhnya minat masyarakat terhadap makanan berbasis tepung seperti roti, mi instan, dan kue modern. Tren ini juga turut mendorong permintaan terhadap gandum kelas premium, yang salah satunya dipasok oleh produsen dari Amerika.
Pasar yang terbuka dan bersaing memungkinkan pabrik-pabrik penggilingan dalam negeri menentukan pilihan pasokan terbaik, baik dari sisi harga, mutu, maupun fleksibilitas pengiriman. Sejumlah perusahaan besar nasional, termasuk produsen bahan pangan utama, sudah terbiasa mengelola pembelian bahan baku melalui jalur perdagangan terbuka sejak lama.
Fasilitasi Regulasi Impor
Untuk mendukung kelancaran pengiriman gandum, pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat juga telah menyelesaikan sejumlah hambatan teknis dalam perdagangan pangan. Pada pertengahan Juni 2025, kedua negara menyepakati protokol impor terkait sanitasi dan fitosanitasi (SPS), termasuk prosedur fumigasi dan sistem keterlacakan komoditas.
Penyelesaian teknis ini menandai hasil dari 18 bulan koordinasi antara Badan Karantina Indonesia dan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Protokol ini menjadi jaminan tambahan bahwa komoditas yang masuk ke Indonesia memenuhi standar kesehatan dan keamanan pangan yang ketat.