Perkuat Kesiapsiagaan, Lampung Barat Tambah Tiga Desa Tangguh Bencana

BPBD Lambar tahun ini menetapkan 3 pekon sebagai Desa Tangguh Bencana yakni Pekon Buay Nyerupa Kecamatan Sukau, Pekon Tri Mulyo di Kecamatan Gedung Surian dan Pekon Sidomulyo Kecamatan Pagardewa. Foto Dok--
BALIKBUKIT - Upaya membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi risiko bencana terus dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Barat. Pada tahun 2025 ini, BPBD menetapkan tiga pekon (desa) sebagai Desa Tangguh Bencana (Destana), yakni Pekon Buay Nyerupa di Kecamatan Sukau, Pekon Tri Mulyo di Kecamatan Gedung Surian dan Pekon Sidomulyo di Kecamatan Pagardewa.
Program ini merupakan bagian dari strategi penguatan kapasitas lokal agar masyarakat tidak hanya menjadi korban, tetapi juga mampu menjadi pelaku utama dalam mitigasi dan penanganan bencana di wilayahnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Lampung Barat, Hidayatulloh, menjelaskan bahwa pembentukan desa tangguh ini menyasar langsung pada komunitas paling terdampak jika terjadi bencana.
“Kami ingin menciptakan masyarakat yang paham bagaimana bertindak sebelum, saat, dan sesudah bencana. Edukasi dan latihan simulasi akan kami tanamkan dari tingkat pekon,” ujar Hidayatulloh.
Selain memberikan pelatihan teknis dan pengetahuan kebencanaan, program ini juga membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di tingkat desa. Forum ini menjadi wadah koordinasi antarwarga dan aparat desa untuk merumuskan langkah-langkah strategis jika terjadi bencana, baik itu gempa bumi, longsor, banjir, hingga kebakaran lahan.
BPBD juga mendorong pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Bencana Pekon, yang akan dilatih secara khusus dalam hal evakuasi, pertolongan pertama, hingga manajemen pengungsian.
“Desa tangguh bukan sekadar simbol, tapi struktur organisasi yang nyata, aktif, dan siaga. Kami bentuk Satgas yang memiliki tugas dan tanggung jawab jelas di setiap pekon,” terang Hidayatulloh.
Dengan pelibatan tokoh masyarakat, aparatur pekon, pemuda, hingga relawan lokal, ketiga desa tersebut diharapkan menjadi model pembelajaran bagi pekon lain di Lampung Barat.
Kabupaten Lampung Barat tergolong sebagai daerah rawan bencana, terutama longsor, banjir bandang, dan gempa bumi. Letak geografisnya yang berada di perbukitan dan dekat dengan patahan aktif membuat pendekatan berbasis komunitas menjadi relevan dan mendesak.
“Kami tidak bisa hanya mengandalkan respons saat bencana terjadi. Pencegahan dan kesiapsiagaan harus dimulai dari pekon ,” kata Hidayatulloh.
BPBD juga melibatkan instansi teknis lainnya seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, hingga aparat TNI/Polri dalam sinergi lintas sektor untuk penguatan ketahanan pekon terhadap bencana.
Hidayatulloh berharap, tiga pekon yang dibentuk tahun ini dapat menjadi pusat edukasi dan replikasi kebijakan tanggap darurat berbasis masyarakat di tingkat kabupaten.
“Kami akan evaluasi secara berkala. Ke depan, setiap tahun ada tiga pekon kami bentuk jadi pekon tangguh, agar seluruh wilayah Lampung Barat memiliki kesiapan dasar menghadapi risiko bencana,” imbuhnya. (edi/lusiana)