Rusia Tegaskan Syarat Perdamaian Ukraina Tetap Sama Sejak 2024

Presiden Rusia Vladimir Putin Foto: Dok. Kremlin.--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Rusia menegaskan bahwa syarat penyelesaian perang di Ukraina tidak berubah sejak Presiden Vladimir Putin menetapkannya pada 2024. Posisi ini disampaikan menjelang pertemuan Putin dengan Presiden AS Donald Trump di Alaska.
Putin menuntut agar pasukan Ukraina mundur dari sejumlah wilayah yang kini masih berada di bawah kendali Kyiv, termasuk Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson, serta membatalkan rencana integrasi dengan NATO.
Pertemuan antara kedua pemimpin ini menjadi yang pertama sejak 2021, dengan fokus utama membahas kemungkinan gencatan senjata dan perdamaian di Ukraina. Trump sebelumnya mengusulkan pertukaran sebagian wilayah sebagai bagian dari kesepakatan.
Saat ini, Rusia menguasai sekitar 19 persen wilayah Ukraina, termasuk seluruh Crimea dan Luhansk, sebagian besar Donetsk, serta wilayah Zaporizhzhia dan Kherson. Beberapa wilayah lain seperti Kharkiv, Sumy, Mykolaiv, dan Dnipropetrovsk juga berada di bawah kontrol Rusia secara parsial.
Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexei Fadeev, menekankan bahwa posisi Moskwa tetap tidak berubah, dan syarat-syarat penyelesaian yang diinginkan Putin harus diakui secara internasional.
Putin menekankan pentingnya jaminan hak dan kebebasan bagi penutur bahasa Rusia di Ukraina, serta pengakuan resmi bahwa wilayah-wilayah yang diduduki Rusia, termasuk Crimea dan Donbass, menjadi bagian dari negara tersebut.
Pemerintah Ukraina menolak tuntutan Rusia, menegaskan tidak akan mengakui pendudukan wilayahnya, dan meminta agar gencatan senjata tercapai terlebih dahulu sebelum membahas masalah teritorial. Sebagian besar negara di dunia juga menegaskan pengakuan batas teritorial Ukraina sesuai kondisi pada 1991.
Para pengamat internasional menilai bahwa jika tuntutan Rusia dipenuhi, Ukraina berisiko kehilangan tambahan sekitar 21.000 kilometer persegi. Zelensky menolak menarik pasukan dari Donbass dan menyerahkan pertahanan wilayah timur kepada Rusia, sehingga konflik tetap berpotensi berkepanjangan. (*)