Menggali Rasa Nusantara, Tujuh Minuman Tradisional yang Tetap Melekat di Lidah Orang Indonesia

Sekoteng merupakan minuman khas yang berasal dari Jawa Tengah yang tetap hits hingga kini. -Foto _ Net.-
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Bukan hanya sajian makanan yang menggugah selera, tetapi juga minuman tradisional yang hingga kini tetap dijaga keberadaannya oleh masyarakat di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Setiap tegukan tidak hanya memberikan kesegaran, melainkan juga menyimpan cerita sejarah, filosofi, dan manfaat kesehatan yang membuatnya berbeda dengan minuman modern.
Bagi para pelancong yang menjelajahi kuliner nusantara, mencicipi minuman khas daerah sama pentingnya dengan menyantap makanan tradisional. Ragam minuman ini memiliki ciri khas tersendiri, baik dari bahan baku, cara penyajian, maupun khasiatnya. Berikut adalah tujuh minuman tradisional yang layak dicoba ketika menjelajahi Indonesia, dari barat hingga timur.
Bir Pletok, Warisan Betawi yang Menyehatkan
Meskipun menyandang nama “bir”, minuman khas Betawi ini sama sekali tidak mengandung alkohol. Bir pletok sejak lama dikenal sebagai sajian tradisional yang berfungsi menghangatkan tubuh, terutama pada malam hari. Racikan utamanya terdiri atas jahe, daun pandan, lada, serta kayu secang yang menghadirkan warna merah alami.
Dengan berjalannya waktu, komposisinya semakin beragam karena ditambahkan berbagai rempah lain, seperti kapulaga, cengkih, pala, kayu manis, serai, hingga daun jeruk purut. Kombinasi tersebut menciptakan aroma harum dengan cita rasa pedas sekaligus manis yang unik. Selain menyegarkan, bir pletok juga diyakini membawa manfaat kesehatan, mulai dari memperlancar peredaran darah, menambah energi, hingga membantu meredakan flu.
Bandrek, Hangatnya Malam di Tanah Sunda
Dari Jawa Barat, terdapat minuman tradisional bernama bandrek yang identik dengan suasana dingin dan hujan. Racikannya sederhana, yakni jahe dan gula merah yang direbus hingga menghasilkan kuah hangat beraroma tajam.
Namun, di beberapa daerah Sunda, bandrek dikreasikan dengan tambahan bahan lain seperti serai, merica, bahkan telur ayam kampung atau susu. Kehangatan yang dihasilkan tidak hanya membuat tubuh lebih nyaman, tetapi juga dipercaya ampuh meredakan batuk serta sakit tenggorokan. Tak heran jika bandrek kerap menjadi teman setia saat malam tiba di dataran tinggi Priangan.
Wedang Uwuh, Unik dari Tanah Yogyakarta
Nama wedang uwuh mungkin terdengar aneh bagi yang baru mendengarnya. Dalam bahasa Jawa, kata “wedang” merujuk pada minuman, sementara “uwuh” berarti sampah. Nama itu disematkan karena racikan minuman ini menggunakan aneka dedaunan kering yang sekilas terlihat seperti tumpukan sampah saat disajikan dalam gelas. Namun, di balik sebutan yang sederhana, wedang uwuh justru menghadirkan cita rasa yang istimewa dan begitu khas.
Campuran jahe, kayu secang, serta berbagai rempah menghasilkan cita rasa manis, pedas, sekaligus hangat di tenggorokan. Biasanya disajikan panas, minuman ini cocok diminum saat malam hari atau ketika tubuh memerlukan kehangatan alami. Popularitas wedang uwuh di Yogyakarta bahkan terus meningkat hingga kini menjadi oleh-oleh favorit wisatawan.