Mayoritas Kasus Kematian Campak di Sumenep Terjadi pada Balita Tanpa Imunisasi

Ilustrasi. Mayoritas kasus kematian akibat campak yang terjadi di Sumenep, Jawa Timur tidak memiliki riwayat imunisasi. iStockphoto--
Radarlambar.bacakoran.co – Mayoritas kasus kematian akibat campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dialami oleh pasien balita yang tidak memiliki riwayat imunisasi. Kementerian Kesehatan RI mencatat, sebagian besar korban yang meninggal dunia sama sekali belum pernah menerima vaksin campak.
Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan RI, Aji Mulawarna, menegaskan kondisi ini menjadi faktor dominan yang memperburuk situasi. Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyebut, rendahnya cakupan imunisasi campak di Sumenep dipengaruhi oleh berbagai alasan, mulai dari kekhawatiran efek samping hingga faktor keyakinan agama.
Padahal, vaksinasi yang diberikan pemerintah sudah melalui proses uji keamanan dan terbukti efektif mencegah penyakit menular tersebut. Dante menekankan, imunisasi tetap menjadi langkah terbaik untuk melindungi anak dari risiko sakit berat hingga kematian.
Kasus campak di Sumenep sendiri telah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) setelah 17 orang meninggal dunia. Hingga kini tercatat ada sekitar 2.035 kasus suspek campak yang tersebar di 26 kecamatan.
Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Morbilivirus. Penularannya terjadi melalui udara, terutama saat penderita batuk atau bersin. Gejala awal mirip flu, disertai mata merah, ruam yang bermula di wajah lalu menyebar, hingga bintik putih kecil di dalam mulut.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan, 47 persen anak tidak mendapatkan imunisasi karena dilarang keluarga, 45 persen karena takut efek samping, 23 persen tidak tahu jadwal imunisasi, dan 22 persen menganggap imunisasi tidak penting.(*)