Ilmuwan Ungkap Asteroid Bennu Mengandung Debu Bintang, Es, dan Bahan Organik

Sampel batu dan debu dari asteroid Bennu sukses sampai ke Bumi setelah menempuh perjalanan miliaran kilometer bersama wahana antariksa OSIRIS-REx (Origins, Spectral Interpretation, Resource Identificiation and Security, Regolith Expolrer) NASA. Foto: NASA--
Radarlambar.bacakoran.co – Ilmuwan berhasil membongkar komposisi sampel asteroid Bennu yang tiba di Bumi pada 2023 melalui misi OSIRIS-REx NASA. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa batuan antariksa ini menyimpan debu bintang yang lebih tua dari sistem tata surya, es dari ruang antarbintang, serta bahan organik yang berpotensi memberi petunjuk tentang asal-usul kehidupan.
Temuan tersebut dipublikasikan dalam tiga makalah di jurnal Nature Astronomy pada 22 Agustus. Studi pertama mengungkap bahwa asteroid induk Bennu terbentuk di wilayah luar tata surya, kemungkinan di luar orbit Jupiter dan Saturnus. Benda langit ini kemudian hancur akibat tabrakan dengan asteroid lain, sebelum akhirnya fragmen-fragmennya menyatu kembali menjadi Bennu. Ann Nguyen, ilmuwan planet di Pusat Antariksa Johnson NASA, menjelaskan bahwa sampel Bennu mengandung isotop dari berbagai lingkungan, termasuk debu antarbintang yang menunjukkan keberagaman asal-usul materialnya.
Jessica Barnes dari Universitas Arizona menambahkan bahwa proses tabrakan besar kemungkinan terjadi berulang kali, hingga membentuk Bennu berdiameter hampir 500 meter seperti saat ini. Studi kedua membandingkan Bennu dengan asteroid Ryugu dan meteorit primitif, menemukan bahwa meski berasal dari wilayah serupa di awal tata surya, Bennu mengalami perubahan drastis akibat interaksi dengan air. Tom Zega, profesor ilmu planet Universitas Arizona, menuturkan sekitar 80 persen sampel Bennu kini terdiri atas mineral yang mengandung air, hasil reaksi cairan dengan debu setelah es mencair di asteroid induknya.
Makalah ketiga menyoroti pengaruh mikrometeorite dan angin Matahari yang membentuk permukaan Bennu. Lindsay Keller dari NASA Johnson Space Center menyebut proses pelapukan di permukaan asteroid ini jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, dengan benturan mikroskopis menjadi faktor dominan.
Michelle Thompson, profesor di Purdue University, menekankan bahwa meski Bennu tidak memiliki kehidupan, sampelnya berfungsi seperti kapsul waktu. Menurutnya, material tersebut bisa membuka wawasan baru tentang asal-usul sistem tata surya dan memberikan petunjuk bagaimana kehidupan muncul di Bumi.(*)