Rusia Gempur Kyiv dengan Serangan Udara Terbesar, Zelensky Desak Dukungan Kuat AS

Ilustrasi. Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayor Jenderal Endi Supardi mengatakan mantan anggota Marinir Satria Arta Kumbara menjadi tentara bayaran Rusia karena terlilit utang di pinjol dan bank. Foto Dok--


RADARLAMBARBACAKORAN.CO– Ukraina kembali diguncang serangan besar-besaran dari Rusia. Pada Minggu (7/9) dini hari, Moskow melancarkan serangan udara terbesar sejak invasi dimulai, menewaskan sedikitnya empat orang dan untuk pertama kalinya menghantam kompleks pemerintahan di pusat ibu kota Kyiv.

Serangan ini melibatkan sedikitnya 810 drone dan 13 rudal, jumlah terbanyak sepanjang perang berlangsung menurut militer udara Ukraina. Ledakan memicu kebakaran di atap gedung kabinet menteri, sementara sejumlah apartemen tinggi di Kyiv juga mengalami kerusakan parah.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan, serangan ini merupakan upaya Presiden Rusia Vladimir Putin untuk “menguji dunia” setelah pertemuan 15 Agustus lalu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump gagal menghasilkan gencatan senjata. “Kami membutuhkan respons kuat dari Amerika Serikat. Itu sangat dibutuhkan saat ini,” ujar Zelensky dalam pidato malamnya.

Moskow membantah menargetkan warga sipil. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim hanya menghantam pabrik dan pusat logistik. Namun, pemerintah Ukraina menyebut serangan tersebut sebagai kejahatan disengaja karena menghancurkan infrastruktur publik sekaligus merenggut nyawa warga sipil.

Perdana Menteri Ukraina Yulia Svyrydenko merilis video kondisi gedung pemerintah yang rusak. Ia menegaskan bahwa bangunan bisa dibangun kembali, tetapi nyawa yang hilang tidak akan pernah kembali.

Eskalasi ini langsung memicu kecaman internasional. Presiden Prancis Emmanuel Macron menilai Rusia semakin terjebak dalam “logika perang dan teror”. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyebut serangan itu tindakan “pengecut”, sementara Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menuding Kremlin “mengejek diplomasi”.

Dari Washington, Presiden Donald Trump menyatakan ketidakpuasannya terhadap situasi tersebut dan membuka opsi menjatuhkan sanksi baru terhadap Moskow. Menteri Keuangan AS Scott Bessent bahkan menyinggung kemungkinan menerapkan tarif bagi negara yang membeli minyak Rusia untuk menekan perekonomian Kremlin.

Serangan besar-besaran ini kian menegaskan kebuntuan diplomasi antara Moskow dan Kyiv. Sekutu Barat kini menghadapi tekanan untuk mengambil langkah lebih tegas dalam merespons agresi Rusia yang semakin brutal. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan