Cegah Gagal Panen, DKPP Gencarkan Gerdal Tikus

CEGAH HAMA TIKUS : DKPP Pesbar bersama kelompok tani dan terkait lainnya melakukan kegiatan Gerdal Hama Tikus di Kecamatan Ngaras. Foto Dok--
NGARAS - Upaya mengantisipasi ancaman gagal panen akibat serangan hama tikus terus digencarkan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar).
Bersama kelompok tani, petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT), dan penyuluh pertanian, DKPP kembali melaksanakan gerakan pengendalian (gerdal) hama tikus di lahan persawahan warga Pekon Sukarame, Kecamatan Ngaras, Senin, 15 September 2025.
Kepala DKPP Pesbar, Unzir, S.P., melalui Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura, Muchtar Husin, S.P., mengatakan bahwa aksi gerdal ini menjadi langkah strategis untuk mencegah kerugian petani pada musim tanam mendatang, khususnya di wilayah yang kerap menjadi lokasi berkembang biaknya hama tikus. Kegiatan gerdal dilakukan sebelum musim tanam dimulai.
“Artinya, setelah petani selesai panen dan kembali melakukan pengolahan lahan, terlebih dahulu kita lakukan pengendalian. Dengan begitu, saat padi mulai ditanam, risiko serangan hama tikus bisa diminimalkan,” katanya.
Dikatakannya, serangan tikus sawah merupakan salah satu faktor utama yang kerap membuat petani merugi, bahkan tidak jarang menyebabkan gagal panen. Untuk itu, pengendalian sejak dini menjadi solusi agar produksi padi di Pesbar tetap terjaga. Kalau dibiarkan, tikus bisa merusak tanaman sejak fase awal hingga padi menjelang panen.
“Karena itu, sebelum masa tanam kita lakukan gerdal supaya populasi hama berkurang dan lahan lebih aman untuk ditanami,” ujarnya.
Sementara itu, kata dia, dalam pelaksanaan gerdal kali ini, setidaknya 25 orang yang terdiri atas petugas lapangan, penyuluh, serta perwakilan kelompok tani ikut terjun langsung ke sawah. Mereka melaksanakan pengendalian secara serentak di area persawahan seluas kurang lebih 30 hektare.
“Luasannya cukup besar, mencakup lahan sawah produktif di Pekon Sukarame. Kami berharap langkah serentak ini bisa memberikan efek nyata terhadap penurunan populasi tikus di lapangan,” jelasnya.
Masih kata dia, untuk metode yang digunakan dalam gerdal hama tikus kali ini adalah emposan belerang serta pemberian umpan beracun di titik-titik yang terindikasi menjadi sarang tikus. Cara ini dinilai efektif karena dapat langsung menyasar habitat hama yang sering bersembunyi di pematang maupun lubang-lubang sawah.
“Dengan emposan belerang, gas akan masuk ke lubang-lubang sarang tikus. Sedangkan umpan racun diletakkan di jalur perlintasan mereka. Kombinasi ini cukup efektif untuk mengurangi populasi,” kata Muchtar.
Namun demikian, ia juga menyampaikan bahwa kegiatan gerdal tidak cukup dilakukan sekali saja. Peran aktif petani sangat dibutuhkan untuk melakukan pemantauan rutin di lahan masing-masing. Karena itu ia berharap petani juga ikut memantau sawah mereka. Jangan sampai setelah kegiatan ini selesai, lahan kembali dibiarkan tanpa pengawasan. Pengendalian harus berkesinambungan agar hasilnya lebih maksimal.
“DKPP juga mendorong agar kelompok tani dapat saling bekerja sama dalam melaksanakan gerdal secara mandiri. Dengan keterlibatan semua pihak, potensi ancaman gagal panen akibat hama tikus bisa ditekan seminimal mungkin,” tandasnya. (yayan/*)