Daftar Pemilik Baru TikTok di AS Bertabur Miliarder, ByteDance Tinggal Pegang 19,9 Persen

Ilustrasi TikTok.--Foto Dok---
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – TikTok di Amerika Serikat resmi masuk babak baru. Sejumlah nama besar teknologi dan miliarder AS tercatat menjadi pemegang kendali setelah kesepakatan divestasi dengan ByteDance.
Laporan CNBC Internasional, Jumat (26/9/2025), menyebut tiga entitas utama yang akan menguasai 45 persen saham TikTok khusus AS adalah Oracle, Silver Lake, dan MGX Abu Dhabi.
Sementara ByteDance, induk TikTok asal China, masih akan memiliki porsi sekitar 19,9 persen saham. Sisanya dikuasai investor ByteDance lama serta pemegang saham baru.
Trump Bocorkan Nama Miliarder di Balik Kesepakatan
Presiden AS Donald Trump sebelumnya sempat membocorkan sejumlah nama miliarder yang ikut dalam kesepakatan tersebut. Di antaranya pembisnis media Rupert Murdoch dan putranya Lachlan Murdoch, Ketua Eksekutif Oracle Larry Ellison, serta CEO Dell Michael Dell.
Trump sendiri sudah menandatangani perintah eksekutif pada Kamis lalu untuk mendukung kesepakatan tersebut. Langkah ini sekaligus memastikan TikTok tetap bisa beroperasi di AS, meski ancaman blokir terus menghantui jika divestasi tak kunjung rampung.
Peran Politik dan Bisnis
Trump beberapa kali menunda tenggat waktu divestasi TikTok, yang terbaru hingga 16 Desember 2025. Ia menilai aplikasi berbagi video pendek itu berperan penting dalam kemenangannya kembali ke Gedung Putih.
Hubungan Trump dengan TikTok juga terkait erat dengan miliarder Jeff Yass, investor utama ByteDance sekaligus penyokong Partai Republik, yang juga memiliki saham di Truth Social, platform media sosial milik Trump.
Investor Lain Ikut Gabung
Selain nama-nama besar tersebut, sejumlah perusahaan pendukung ByteDance disebut bakal ikut menyuntikkan ekuitas baru ke TikTok AS. Beberapa di antaranya adalah General Atlantic, Susquehanna, dan Sequoia.
Kesepakatan ini menandai akhir keterlibatan langsung ByteDance dalam operasional TikTok di AS. Dengan konfigurasi baru, aplikasi populer ini akan tetap bisa berjalan di salah satu pasar terbesarnya, namun dengan kendali penuh berada di tangan investor Amerika dan sekutunya.