Serangan Drone Israel di Lebanon Tewaskan Warga Sipil

Serangan Drone Israel di Lebanon Tewaskan Warga Sipil--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO-Sebuah serangan drone Israel kembali mengguncang Lebanon selatan pada Rabu (2/10). Serangan yang menghantam sebuah mobil di Desa Kafra itu menewaskan satu orang dan melukai lima lainnya. Peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya sorotan dunia terhadap dampak kemanusiaan dari konflik berkepanjangan antara Israel dan Hizbullah.
Komisioner Tinggi HAM PBB, Volker Türk, melaporkan bahwa dalam 10 bulan terakhir sedikitnya 103 warga sipil Lebanon tewas akibat serangan udara Israel, meski gencatan senjata sempat diumumkan pada November tahun lalu. Ia menegaskan serangan jet dan drone masih menimbulkan kerusakan besar di kawasan permukiman, bahkan dekat dengan lokasi pasukan perdamaian PBB.
Hingga akhir September, lebih dari 80 ribu orang masih mengungsi di Lebanon akibat konflik ini, sementara sekitar 30 ribu warga Israel di wilayah utara belum bisa kembali ke rumah karena ancaman serangan lintas perbatasan. Meski gencatan senjata berlaku, serangan udara hampir setiap hari tetap dilancarkan dengan alasan menargetkan kelompok Hizbullah.
Tragedi paling mematikan terjadi pada 21 September di Bint Jbeil yang menewaskan lima orang, termasuk tiga anak-anak. PBB menyerukan penyelidikan independen atas insiden tersebut karena diduga melanggar hukum humaniter internasional.
Konflik Israel–Hizbullah yang kembali pecah sejak Oktober 2023 berawal dari serangan roket Hizbullah sehari setelah Hamas melancarkan serangan besar ke Israel selatan. Respons Israel dengan artileri dan serangan udara memicu eskalasi yang berkembang menjadi perang terbuka pada September 2024.
Menurut laporan Bank Dunia, perang tersebut menewaskan lebih dari 4.000 orang di Lebanon dan menyebabkan kerugian ekonomi hingga 11 miliar dolar AS. Di Israel, 127 orang meninggal, sebagian besar tentara. Situasi ini menegaskan rapuhnya gencatan senjata di perbatasan utara dan meningkatnya tekanan internasional agar segera dicapai solusi politik sebelum konflik melebar lebih jauh. (*)