Kerugian Membengkak, Waskita Karya Tertekan dan Lepas Aset Tol ke Grup Bakrie

Jalan Lingkar Sepaku Segmen 4 dan Multi Utility Tunnel 01 (MUT) di bawah tanah di IKN rampung dikerjakan oleh Waskita. Foto Istimewa.--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO – PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) mencatat kerugian bersih sebesar Rp3,17 triliun sepanjang Januari hingga September 2025. Angka ini melonjak dibanding kerugian pada periode yang sama tahun lalu, dan belum memperhitungkan hasil penjualan salah satu aset jalan tol strategis kepada Grup Bakrie.
Penurunan kinerja ini terutama disebabkan oleh merosotnya pendapatan usaha yang hanya mencapai Rp5,28 triliun, turun 22,08% dibanding tahun sebelumnya. Hampir seluruh lini bisnis perusahaan mengalami penurunan signifikan. Pendapatan dari jasa konstruksi turun lebih dari 20%, sementara sektor properti, precast, dan infrastruktur lainnya bahkan mengalami penurunan hingga di atas 40%. Satu-satunya segmen yang tumbuh adalah pendapatan dari jalan tol, yang meningkat 2,97% menjadi Rp859,39 miliar.
Meski beban pokok pendapatan berhasil ditekan hingga 25,62% menjadi Rp4,30 triliun, hal itu belum cukup untuk menahan lonjakan kerugian. Beban umum dan administrasi mencapai Rp1 triliun, ditambah beban lainnya seperti pajak, bunga, dan kerugian selisih kurs, semakin memperburuk posisi keuangan. Akibatnya, perusahaan mencatat rugi sebelum beban keuangan sebesar Rp413,26 miliar. Jika dikombinasikan dengan beban keuangan dan kerugian entitas asosiasi, total kerugian periode berjalan mencapai Rp3,58 triliun.
Dari sisi neraca, total aset perusahaan mengalami penyusutan sebesar 6,78% menjadi Rp71,93 triliun. Liabilitas juga menurun tipis menjadi Rp67,55 triliun. Namun, penurunan ekuitas cukup drastis, yakni 45,75% menjadi Rp4,27 triliun.
Di tengah tekanan keuangan ini, Waskita berupaya memperkuat likuiditas dengan menjual kepemilikan saham pada proyek Jalan Tol Cimanggis–Cibitung. Penjualan ini ditargetkan rampung sebelum akhir tahun dengan estimasi total nilai transaksi mencapai Rp3,56 triliun. Saham Waskita pada proyek tersebut dimiliki melalui entitas PT Waskita Toll Road sebanyak 35%. Sisanya dimiliki oleh PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) sebesar 55% dan Grup Bakrie melalui PT Bakrie Toll Indonesia sebesar 10%.
Aksi korporasi ini memberi peluang bagi Grup Bakrie untuk mengambil alih penuh proyek tol strategis tersebut. Anak usaha Bakrie, PT Bakrie Toll Indonesia, berencana meningkatkan kepemilikannya menjadi 100% dengan mengakuisisi seluruh saham milik Waskita dan SMI, serta mengambil alih piutang terkait proyek tersebut. Dana akuisisi ini ditopang oleh fasilitas pinjaman dari perusahaan investasi asal Uni Emirat Arab senilai Rp5,15 triliun.
Langkah ini dipandang sebagai strategi Grup Bakrie untuk memperkuat posisi di sektor infrastruktur nasional, khususnya dalam jaringan Jakarta Outer Ring Road 2 (JORR 2). Selain menjanjikan penguatan konektivitas, akuisisi ini juga diproyeksikan dapat mendatangkan pendapatan tambahan melalui pengembangan rest area serta efisiensi operasional.
Sementara Waskita terus berupaya mengurangi beban dan mengumpulkan dana segar dari divestasi aset, tantangan tetap besar mengingat tekanan keuangan yang masih berlanjut. Kelanjutan strategi restrukturisasi dan pelepasan aset akan menjadi kunci kelangsungan usaha perusahaan pelat merah ini ke depan. (*/rinto)