Bom Robot Israel Masih Teror Warga Gaza, Gas Beracun Sebabkan Sesak Napas

Bom-bom robot milik pasukan Israel masih meneror warga Palestina di Jalur Gaza di tengah gencatan senjata yang telah berlaku sejak Jumat (10/10). Foto: AFP--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO– Bom-bom robot milik pasukan Israel masih meneror warga Palestina di Jalur Gaza, meski gencatan senjata telah diberlakukan sejak Jumat (10/10).
Warga yang kembali ke kawasan Jabalia dari pengungsian melaporkan bahwa sejumlah robot peledak masih berserakan di antara reruntuhan bangunan dan belum meledak hingga kini.
Menurut kesaksian warga, mereka tidak mengetahui lokasi pasti bom-bom robot tersebut berada, maupun cara menanganinya bila ditemukan.
Keberadaan perangkat berbahaya itu menambah penderitaan warga yang sudah lebih dulu dihantui trauma akibat agresi militer Israel.
Setelah gencatan senjata diumumkan, warga Palestina berbondong-bondong pulang untuk memeriksa rumah mereka, mencari barang yang masih bisa diselamatkan, dan mencoba membangun kembali kehidupan yang porak-poranda.
Namun, kepulangan itu justru diiringi ketakutan akan kemungkinan serangan susulan, karena senjata-senjata pemusnah masih bercokol di sekitar mereka.
Bom robot pertama kali digunakan Israel pada agresi Mei 2024, terutama di kamp pengungsi Jabalia, Gaza Utara.
Menurut Euro-Mediterranean Human Rights Monitor, bom-bom itu digunakan untuk menghancurkan hingga 300 unit rumah per hari, dengan total 15 kendaraan yang membawa sekitar 100 ton bahan peledak.
Media Israel melaporkan bahwa pasukan Komando Selatan Israel kini semakin sering mengerahkan kendaraan lapis baja M113 yang telah dimodifikasi menjadi alat peledak jarak jauh.
Operasi tersebut biasanya dilakukan pada malam hari, dengan daya ledak yang dapat terdengar hingga radius 40 kilometer dan kapasitas destruktif mencapai 500 meter.
Gas Beracun dan Gangguan Pernapasan
Direktur Masyarakat Bantuan Medis Palestina di Gaza, Dr. Mohammed Abu Afash, mengatakan ledakan bom robot meninggalkan uap dan gas beracun di udara.
Gas itu berbau tajam dan bertahan lama, menyebabkan warga mengalami sesak napas, batuk berat, dan gangguan pernapasan serius.
"Kasus sesak napas dan kesulitan bernapas terus berulang. Warga menghirup gas beracun yang diduga mengandung timbal dan bahan kimia berbahaya," ujarnya seperti dikutip Al Jazeera.