5 Milisi Perlawanan Palestina yang Masih Aktif Melawan Zionis

Persiapan Hamas untuk Melanjutkan Pertempuran di Gaza dengan Merekrut Ribuan Tentara. Foto/net--

RADARLAMBARBACAKORAN.CO- Di bawah langit panas Gaza dan Tepi Barat, para pejuang Palestina terus bertahan dalam deru peluru dan debu gurun. Dalam balutan pakaian lusuh dan wajah tertutup kafiyeh, hanya sorot mata tajam mereka yang terlihat—menandakan tekad untuk melawan penjajahan yang telah berlangsung puluhan tahun. Dari sekian banyak kelompok perlawanan, ada lima milisi utama yang hingga kini menjadi garda depan perjuangan kemerdekaan Palestina.

Kelima kelompok itu adalah Brigade Izzudin Al Qassam (Hamas), Brigade Saraya Al Quds (Jihad Islam Palestina/JIP), Brigade Abu Ali Mustafa (FPLP), Brigade Syuhada Al-Aqsa (Fatah), dan Brigade Nasir Salahuddin (CRP). Mereka lahir dari penderitaan panjang, blokade, dan penindasan, membentuk kekuatan yang berbeda secara ideologi namun satu tujuan: mengusir penjajahan Zionis dari tanah air mereka.

Gaza dan Tepi Barat: Dua Wilayah, Satu Luka

Gaza—jalur sempit di pesisir Mediterania—menjadi benteng utama perlawanan rakyat Palestina. Meski memiliki garis pantai yang indah, kehidupan di sana tercekik blokade dan serangan berkepanjangan. Sementara Tepi Barat, wilayah yang lebih luas dan berbukit, terus berada dalam tekanan karena sebagian besar areanya dikuasai langsung oleh pasukan Israel.

Kedua wilayah ini menjadi panggung utama perjuangan bersenjata, politik, dan diplomasi yang membentuk dinamika konflik Timur Tengah hingga kini.


1. Brigade Izzudin Al Qassam (Hamas)

Sayap militer Hamas ini lahir pada 1991 dan menjadi kekuatan paling besar di Jalur Gaza. Dipimpin oleh Mohammed Deif dan Marwan Issa, brigade ini dikenal memiliki kemampuan militer modern dan sistem pertahanan yang kuat. Mereka pertama kali aktif menentang Perjanjian Oslo, dan sejak itu menjadi simbol perlawanan terhadap pendudukan Zionis.

Kekuatan Al Qassam semakin mencuat sejak Operasi Badai Al Aqsa (2023), di mana juru bicara mereka, Abu Ubaidah, menjadi sosok ikonik di mata dunia.


2. Brigade Saraya Al Quds (Jihad Islam Palestina)

Dibentuk pada 1981, kelompok ini menjadi salah satu faksi paling berpengaruh setelah Hamas. Berideologi Islam revolusioner, mereka menolak keras solusi dua negara dan mendapat dukungan finansial dari Iran dan Hezbollah.

Brigade ini aktif di Gaza serta Tepi Barat, terutama di Hebron dan Jenin. Operasinya mencakup serangan roket dan aksi bom bunuh diri terhadap target militer Israel.


3. Brigade Abu Ali Mustafa (FPLP)

Sayap bersenjata dari Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) ini berideologi Marxis-Leninis. Namanya diambil dari Abu Ali Mustafa, pemimpin PFLP yang tewas pada 2001 akibat serangan Israel.

Berbeda dengan kelompok Islamis lainnya, mereka berjuang atas dasar sosialisme dan keadilan kelas pekerja. Brigade ini menolak menyerahkan senjata meski ada desakan dari Otoritas Palestina dan terus aktif dalam konflik bersenjata di Gaza dan Tepi Barat.


4. Brigade Syuhada Al-Aqsa (Fatah)

Kelompok ini lahir dari partai Fatah yang dipimpin oleh Yasser Arafat. Mereka dikenal aktif di Tepi Barat, terutama di kota Tulkarem dan Hebron. Meski sempat melemah, brigade ini kembali aktif pasca serangan besar-besaran Israel ke Gaza pada 2023.

Brigade ini kerap berjanji akan membalas setiap serangan terhadap warga Palestina dan dikenal karena operasi cepat mereka melawan patroli militer Israel.


5. Brigade Nasir Salahuddin (CRP)

Faksi ini muncul pada tahun 2000 saat Intifada Kedua, berawal dari pecahan Fatah dan kelompok nasionalis lain. Mereka tidak memiliki ideologi tunggal, namun sering bekerja sama dengan kelompok besar seperti Hamas dan Tentara Islam.

 

Brigade ini sempat terkenal saat ikut dalam operasi penangkapan prajurit Israel Gilad Shalit pada 2006. Kini, kekuatannya tidak sebesar sebelumnya, namun mereka tetap menjadi bagian dari jaringan perlawanan bersenjata di Gaza.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan