Lomba Tingkat Provinsi, Diki Persembahkan Prestasi untuk Lambar
Anggota DPRD Lambar Nopiyadi meberikan apresiasi kepada Siswa SMP Muhammadiyah Sukau, Diki Firnando yang akan melaju ke lomba tingkat provinsi usai menjuarai FTBI tingkat kabupaten.--
SUKAU - Siswa SMP Muhammadiyah Lampung Barat, Diki Firnando, berhasil mengukir prestasi membanggakan dengan meraih Juara 1 Lomba Cerita Bahasa Lampung tingkat Kabupaten Lampung Barat pada ajang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tahun 2025 yang digelar di Lamban Pancasila, Sabtu (11/10/2025).
Diki yang kini duduk di kelas VII merupakan anak kedua dari pasangan Amaludin dan almarhumah Leni Eviyanti, warga Pekon Tapaksiring, Kecamatan Sukau. Meski berasal dari keluarga pas-pasan, Diki mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya melalui ketekunan berlatih dan tekad kuat untuk berprestasi.
Dengan kemenangan tersebut, Diki kini akan mewakili Kabupaten Lampung Barat pada lomba tingkat Provinsi Lampung yang dijadwalkan berlangsung 30 Oktober 2025 mendatang.
Pembina sekaligus Guru Pembimbing, Ahmad Haris, menjelaskan bahwa cerita yang dibawakan Diki mengangkat tema “Kebau Khik, Kawor Telu Tungku Anjak Kunyayan”, yang menggambarkan filosofi persatuan, gotong-royong, serta harmoni hubungan sosial dalam adat Lampung. “Tema ini kaya nilai moral dan budaya. Diki membawakannya dengan penghayatan yang kuat karena ia paham makna cerita, bukan hanya membacanya,” ujar Ahmad Haris.
Latihan dilakukan secara konsisten, termasuk pengucapan, penekanan intonasi, hingga penguatan gestur.“Anak ini punya kemauan besar, bahkan sering pulang lebih sore demi memaksimalkan latihan,” tambahnya.
Sebagai bentuk perhatian terhadap prestasi tersebut, Anggota DPRD Lampung Barat, Nopiyadi, S.IP, mendatangi sekolah Diki untuk memberikan ucapan selamat secara langsung sekaligus memberikan bantuan uang saku sebagai penyemangat menjelang lomba tingkat provinsi. “Ini prestasi yang tidak hanya membanggakan sekolah, tetapi juga Kecamatan Sukau. Saya memberikan sedikit bantuan untuk memberikan semangat agar Diki lebih percaya diri menuju lomba tingkat provinsi,” ujar Nopiyadi.
Namun, ia juga menyoroti perlunya apresiasi konkrit dari penyelenggara dan pemerintah bagi siswa yang menjuarai lomba tingkat kabupaten.
“Saya sangat terharu ketika mendengar, anak ini pulang hanya membawa piala dan piagam saja, tanpa ada uang pembinaan. Padahal perjuangannya besar, latihan menguras tenaga dan waktu. Minimal ada bentuk penghargaan, meskipun jumlahnya kecil. Itu motivasi langsung bagi anak,” tegasnya.
Nopiyadi berharap ke depan pemberian apresiasi berupa uang pembinaan dapat menjadi perhatian pemerintah daerah agar prestasi seperti ini terus tumbuh. (edi/lusiana)