Gencatan Senjata Gaza Dinilai Masih Rapuh, Israel Dikritik
Bom-bom robot milik pasukan Israel masih meneror warga Palestina di Jalur Gaza di tengah gencatan senjata yang telah berlaku sejak Jumat (10/10). Foto: AFP--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Gencatan senjata di Jalur Gaza kembali menjadi sorotan dunia internasional. Pemerintah Palestina menilai kesepakatan tersebut masih sangat rapuh karena Israel disebut belum sepenuhnya mematuhi isi perjanjian. Pernyataan ini disampaikan oleh Duta Besar Palestina untuk Austria sekaligus peninjau tetap di PBB, Salah Abdel Shafi.
Sejak kesepakatan berlaku pada 10 Oktober, tercatat sekitar 260 warga Palestina tewas di wilayah yang dikontrol Israel. Meski terjadi pertukaran tahanan—Hamas membebaskan 20 sandera dan Israel melepaskan 1.718 tahanan Palestina serta 250 narapidana dengan hukuman panjang—situasi tetap tegang. Insiden kekerasan sporadis masih terjadi di area yang berada di bawah kontrol Israel, menimbulkan kekhawatiran bahwa gencatan senjata bisa runtuh sewaktu-waktu.
Kesepakatan ini sebelumnya didukung oleh sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Donald Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Shafi menegaskan stabilitas jangka panjang hanya dapat tercapai jika Israel benar-benar menghentikan serangan dan mematuhi sepenuhnya isi kesepakatan. Tanpa langkah nyata, gencatan senjata hanya akan bertahan sementara.
Situasi di Gaza mendapat perhatian serius masyarakat internasional karena risiko eskalasi dapat memicu krisis kemanusiaan baru di wilayah yang telah lama mengalami blokade dan tekanan akibat konflik bersenjata berkepanjangan.