GREEN TALAO PARK, Simbol Kebangkitan Ekowisata Nagari Ulakan

Rumah Atsiri Indonesia di Jalan Watusambang Plumbon Tawangmangu Kebun wisata yang dipenuhi tanaman aroma terapi. Foto ; Net.--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Provinsi Sumatra Barat, yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatra, dikenal luas sebagai daerah yang kaya tradisi Minangkabau, memiliki bentang alam yang memesona, serta masyarakat yang menjunjung tinggi adat dan nilai keagamaan. Dengan luas wilayah lebih dari 42 ribu kilometer persegi dan penduduk sekitar 5,53 juta jiwa menurut Sensus 2020, bahkan provinsi ini sudah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar penting ekonomi daerah.

Sebelum pandemi melanda, jumlah kunjungan wisatawan domestik dan internasional mencapai sekitar delapan juta orang. Sementara pada Januari hingga November 2022, tercatat sekitar 5,2 juta pelancong mendatangi Sumbar, sebagian besar wisatawan asing berasal dari Malaysia dan Singapura.

Di antara destinasi unggulan yang kini semakin diperhitungkan, Green Talao Park (GTP) menjadi salah satu magnet baru yang menarik perhatian wisatawan. Kawasan wisata yang mengusung konsep ekowisata edukatif ini terletak di Pantai Tiram, bagian dari wilayah administratif Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman.

Jaraknya sangat mudah dijangkau, hanya sekitar 10 sampai 15 menit perjalanan dari Bandara Internasional Minangkabau melalui Jalan Lintas Sumatra Kataping–Pariaman, atau sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Padang. Green Talao Park mengolah potensi talao sebutan lokal untuk telaga atau area rawa menjadi pengalaman wisata yang menghubungkan rekreasi alam dengan pembelajaran lingkungan hidup.

Fasilitas utama yang menjadi ikon destinasi ini adalah jembatan kayu sepanjang kurang lebih 1,8 kilometer yang membentang melintasi area perairan dan hutan mangrove seluas hampir dua hektare. Jembatan selebar 1,5 meter ini memungkinkan pengunjung berjalan santai sambil menikmati pemandangan pesisir Samudra Hindia dari sudut berbeda. Di salah satu titik terdapat spot foto populer berbentuk hati yang dinamakan Jembatan Hati, tempat favorit untuk mengabadikan momen terutama ketika matahari tenggelam.

Di sisi lain jembatan, hamparan Pantai Tiram terlihat jelas dengan gundukan pasir panjang hampir tiga kilometer yang berfungsi sebagai benteng alami pemisah laut dan talao. Suara ombak yang menghantam pantai dapat terdengar begitu dekat, karena jaraknya hanya beberapa puluh meter. Perjalanan menyusuri jembatan membawa pengunjung masuk ke rimbunan pohon nipah dan bakau yang mendominasi kawasan mangrove. Daun nipah yang lebar membentuk lengkungan seperti lorong hijau, menciptakan naungan alami yang melindungi wisatawan dari teriknya matahari.

Setelah puas berjalan dan menikmati suasana alam, pengunjung dapat beristirahat di area lapangan terbuka dekat pintu masuk, tempat sejumlah kedai menyediakan makanan dan minuman. Di sini, wisatawan dapat menikmati minuman khas berupa jus buah nipah serta mencicipi hasil laut segar seperti kepiting bakau. Fasilitas penunjang lainnya, seperti gazebo untuk bersantai, musala, serta toilet yang terawat, juga telah tersedia berkat pengelolaan Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) Pesisir Ulakan Madani.

Green Talao Park bukan hanya destinasi wisata baru, tetapi juga cerita tentang keberhasilan transformasi ekonomi berbasis masyarakat. Lahan seluas 15 hektare yang sebelumnya tidak terkelola milik sepuluh kaum ulayat berhasil dihidupkan kembali melalui Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal (PIID-PEL) yang digerakkan sejak 2016.

Kemudian, pada 2019, pembangunan jalur trekking dan sarana pendukung dimungkinkan melalui Dana Desa sebesar Rp1,8 miliar. Kolaborasi antara niniak mamak, BUMNag, kelompok ekonomi nagari, serta kelompok sadar wisata (pokdarwis) menjadi motor penggerak utamanya.

Selain menjelajahi jalur trekking mangrove, pengunjung dapat memilih beragam paket wisata berbasis pengalaman, seperti menangkap kerang (lokan), memetik buah nipah, berburu kepiting bakau, menaiki kano mengelilingi talao, hingga mengikuti rute laut menuju Pulau Pieh untuk menyaksikan lumba-lumba. Pengunjung yang ingin merasakan suasana desa dapat bermalam di homestay milik warga setempat.

Wali Nagari Ulakan, Ade Candra Saputra, menyatakan bahwa GTP adalah lokasi ideal untuk wisata keluarga karena suasananya tenang dan keindahan pantainya sangat cocok untuk menikmati momen senja. Bupati Padang Pariaman, Suhatri Bur, menegaskan bahwa GTP kini menjadi destinasi unggulan dari total sekitar 70 objek wisata yang ada di kabupatennya.

Sejak dibuka secara resmi pada 2020, Green Talao Park langsung menarik perhatian publik dengan jumlah kunjungan mencapai 32.954 orang dan pendapatan sebesar Rp211 juta bagi Nagari Ulakan. Setahun kemudian, jumlah wisatawan melonjak menjadi sekitar 130 ribu orang dan pendapatan meningkat hingga Rp800 juta. Melihat perkembangan tersebut, Wakil Gubernur Sumatra Barat, Audy Joinaldy, menargetkan pemasukan GTP dapat mencapai sekitar Rp1,2 miliar.

Penghargaan nasional pun diraih ketika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, berkunjung pada 5 Juli 2022 untuk menyerahkan penghargaan setelah Green Talao Park masuk dalam daftar 50 Desa Wisata Terbaik pada ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.

Green Talao Park menjadi contoh nyata bahwa sinergi masyarakat, pelestarian lingkungan, serta pengelolaan profesional mampu melahirkan destinasi wisata yang bukan hanya indah, tetapi juga berkelanjutan dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya. (yayan/*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan