Krisis Mental Melanda Tentara Israel Usai Perang Gaza

Ilustrasi tentara israel--

RADARLAMBARBACAKORAN.CO- Konflik berkepanjangan di Gaza tidak hanya meninggalkan kehancuran fisik, tetapi juga memicu krisis kesehatan mental serius di kalangan militer Israel. Data terbaru memperlihatkan lonjakan besar jumlah prajurit yang mengalami gangguan psikologis sejak perang dimulai dua tahun lalu, menandai situasi yang disebut sebagai kondisi terburuk dalam sejarah militer negara tersebut.

Kementerian Pertahanan Israel mencatat lebih dari 85.000 kasus psikologis yang kini ditangani, meningkat drastis dari sekitar 62.000 kasus sebelum serangan 7 Oktober 2023. Peningkatan ini menunjukkan tekanan mental yang semakin berat dihadapi para tentara, di mana sepertiganya mengalami gangguan akibat peristiwa kelam tersebut.

Sistem layanan kesehatan mental pun kewalahan. Seorang terapis kini menangani ratusan hingga ratusan lebih pasien di beberapa wilayah, menyebabkan proses perawatan berjalan lambat dan tidak optimal. Media lokal sebelumnya telah memperingatkan krisis kesehatan mental yang meluas, termasuk meningkatnya kecanduan narkoba dan jutaan warga yang membutuhkan dukungan psikologis, sebagian besar di antaranya adalah anggota militer aktif.

Tekanan ekstrem di medan konflik turut memperburuk kondisi. Perang di kawasan padat penduduk, risiko serangan roket, hingga dilema moral saat berhadapan dengan warga sipil meninggalkan luka batin yang dalam. Paparan berulang terhadap kekerasan, kehilangan rekan, serta tuntutan pengambilan keputusan cepat menciptakan trauma berkepanjangan yang kerap muncul setelah masa dinas selesai.

Budaya militer yang menekankan ketangguhan juga membuat para prajurit enggan mengungkap kondisi mental mereka. Stigma terhadap kelemahan menyebabkan banyak gangguan psikologis tidak tertangani sejak dini dan berubah menjadi krisis serius.

Situasi ini diperburuk oleh meningkatnya kasus bunuh diri. Dalam 18 bulan terakhir, militer mencatat 279 percobaan bunuh diri yang mengakibatkan 36 kematian, termasuk beberapa prajurit yang sebelumnya terlibat langsung dalam pertempuran.

Selain tekanan operasional, faktor sosial dan historis ikut berperan. Wajib militer yang berlaku bagi hampir seluruh warga muda Israel membuat banyak prajurit memasuki dinas tanpa kesiapan mental memadai. Trauma generasi yang diwariskan dari sejarah panjang konflik turut memperkuat kecemasan dan stres eksistensial.

 

Kondisi ini mencerminkan bahwa dampak perang tidak hanya terlihat pada kerusakan fisik, tetapi juga pada beban psikologis yang menumpuk di kalangan tentara. Pemerintah Israel kini menghadapi tantangan besar untuk membangun sistem kesehatan mental yang lebih komprehensif agar dapat menjawab kebutuhan yang terus meningkat dan mencegah krisis ini semakin memburuk.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan